Selamat Datang di Gereja Paroki St Yosef Duri . . . . . Welcome to St Yosef Parish Church Duri - INDONESIA
Selamat Datang dan Terima kasih telah mengunjungi situs Gereja Katolik Paroki St.Yosef - Duri, Riau Indonesia. Menjadi Gereja yang Mandiri dan Berbuah, itulah Visi dan Misi Gereja Paroki St Yosef Duri, oleh karena itu peran serta aktif umat dalam pewartaan adalah sesuatu yang sangat diperlukan, untuk itu apabila Saudara-Saudari berminat untuk menyumbangkan pikiran, tenaga, ketrampilan, pengetahuan, dana, waktu dan bantuan apapun termasuk komentar dan usulan, silahkan hubungi kami di: gerejaparokistyosef@gmail.com.
Showing posts with label Berita International. Show all posts
Showing posts with label Berita International. Show all posts

Hampir 300 Juta Orang Kristen Dianiaya di Seluruh Dunia

Nopember 28, 2018
Hampir 300 Juta Orang Kristen Dianiaya di Seluruh Dunia
Para pengungsi Kristen asal Pakistan memperlihatkan passport mereka di apartemen kecil di pinggir kota Bangkok pada 3 November setelah melarikan diri dari persekusi di negara mereka tahun 2013. Umat Kristen di Pakistan menjadi target sporadis oleh kelompok radikal, dan tuduhan penistaan bisa dengan mudah dialamatkan kepada kelompok ini, seringkali atas kasus pribadi di negara mayoritas Muslim ini. (Foto:Adam Jones/AFP)
Orang Kristen menjadi kelompok agama yang paling teraniaya, menurut laporan Aid to the Church in Need (ACN).
Hampir 300 juta orang Kristen, atau satu dari tujuh orang Kristen di dunia, tinggal di negara di mana mereka menghadapi kekerasan, penangkapan dan hak asasi mereka dilanggar.
Sekitar 61 persen populasi dunia hidup di negara-negara di mana kebebasan beragama tidak dihormati, yang berarti bahwa enam dari 10 orang di seluruh dunia tidak dapat mengekspresikan iman mereka dengan kebebasan total, demikian laporan Vatikan News.
Ini adalah sebagian dari angka-angka yang terungkap dalam Laporan Kebebasan Beragama 2018 oleh ACN, yayasan dan badan amal internasional milik gereja Katolik untuk membantu orang Kristen yang dianiaya di seluruh dunia.

Laporan ini mengamati 196 negara, memeriksa sejauh mana hak dasar untuk kebebasan beragama, sebagaimana didefinisikan dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa, dihormati berkaitan dengan semua agama dan kepercayaan.

Laporan, yang berisi data dari Juni 2016 hingga Juni 2018, menunjukkan pelanggaran berat kebebasan beragama di 38 negara. Di 17 negara ada diskriminasi serius atas dasar keyakinan agama, sementara di 21 negara ada penganiayaan terhadap minoritas agama, dalam beberapa kasus tertentu berujung pada kematian.

Laporan tersebut mengungkapkan bahwa di beberapa negara kebebasan beragama makin memburuk, situasi makin memburuk selama dua tahun terakhir. Pada tingkat global secara umum, rasa hormat terhadap kebebasan beragama secara keseluruhan juga telah memburuk.
Studi ACN menunjukkan bahwa di 22 negara alasan serangan terhadap kebebasan beragama berakar pada Islamisme radikal, sementara di negara-negara lain penyebab dominan adalah otoritarianisme negara atau pemerintah yang mengeluarkan kebijakan “nasionalisme agresif.” Di antara negara-negara ini adalah Cina, India, Korea Utara, Myanmar, Vietnam dan Kyrgyzstan.
Catatan positif dari laporan itu, adanya tingkat kebebasan beragama yang lebih baik bagi minoritas di Suriah dan Irak setelah kekalahan ISIS

Sumber: https://indonesia.ucanews.com/2018/11/28/hampir-300-juta-orang-kristen-dianiaya-di-seluruh-dunia/

Misa Pertama di Gereja yang Telah Terkubur Selama 204 tahun

Mei 25, 2018

Uskup Legazpi Mgr Joel Baylon merayakan Ekaristi di gereja Budiao pada 11 Mei. (Foto: Rhaydz Barcia)
Larger | Smaller
Di bawah pohon-pohon lebat yang berusia beberapa abad, Uskup Joel Baylon dari Legazpi memimpin perayaan Ekaristi di reruntuhan gereja Budiao, di kota Daraga, pada 11 Mei.
Ini adalah pertama kalinya dalam 204 tahun Misa dirayakan di sana.
Reruntuhan gereja yang baru-baru ini ditemukan, setelah terkubur oleh abu selama letusan dahsyat gunung berapi Gunung Mayon di dekatnya  tahun 1814.
Perayaan itu mempertemukan orang-orang dari semua lapisan masyarakat dan keturunan dari penduduk awal, mengenang gereja pada berabad-berabad itu, yang merupakan pusat kehidupan masyarakat sebelum tragedi yang menewaskan lebih dari seribu orang.
Dalam kotbahnya, Uskup Baylon menekankan perlunya memahami “kisah masa lalu.” Dia mengatakan ada upaya sebelumnya untuk menggali gereja tersebut, tetapi keuskupan tidak mengizinkannya.
“Kami akhirnya mengizinkan penggalian … bagi kami penting untuk mengetahui sejarah gereja dan bagaimana gereja itu dibangun oleh biarawan Fransiskan,” kata prelatus itu.
Selama pemerintahan Spanyol, dan sebelum letusan 1814, desa Budiao konon merupakan tempat sumber air panas dan adu Banteng.
Desa itu terletak 20 kilometer dari gereja lain yang terkubur di desa Cagsawa.
Jalan berlumpur antara dua desa melintasi enam saluran sungai yang penuh dengan puing-puing gunung berapi yang jatuh dari lereng gunung berapi itu selama ledakan-ledakan di masa lalu.
Dinding gereja di Budiao berdiri sebagai saksi bisu atas kemarahan alam di tahun-tahun sebelumnya.
Tujuan penggalian, yang dipimpin oleh arkeolog dari University of the Philippines, adalah  melihat ke dalam bagunan, mempelajari ruang batu, bahan bangunan, dan teknik bangunan, serta  mempelajari lebih lanjut tentang perabotannya dan perlengkapan.
Lee Anthony Neri, direktur situs penggalian, mengatakan timnya belum menemukan bahan berharga karena mereka belum mencapai lantai bagunan, termasuk altar.
Dia mengatakan umat Katolik di sekitar desa itu akan menjadi penerima manfaat dari penelitian ini karena gereja adalah “warisan iman.”
Para peneliti sejauh ini telah menggali dan menemukan batu gamping yang digunakan untuk bangunan, kerang, dan batu vulkanik yang diyakini telah digunakan dalam pembangunan gereja.
Kerang laut termasuk di antara bahan baku yang digunakan untuk perekat dalam penyemenan yang digunakan dalam konstruksi. Cangkang kerang mungkin telah dipanaskan dan dihancurkan halus sebelum ditambahkan ke dalam campuran.
Tingkat kerusakan gereja masih belum diketahui, meskipun dinding utara, timur, dan barat tetap utuh.
Berdasarkan catatan sejarah, misionaris Fransiskan pertama tiba di Manila pada 24 Juni 1577, dan tinggal bersama Agustin di kota Walled di Intramuros.
Dari tahun 1578 dan seterusnya, para biarawan diberangkatkan ke daerah Bicol, ke Budiao dan Cagsawa, untuk menginjili orang-orang lokal dan membangun tempat-tempat ibadah.
Kapel dan gereja awal terbuat dari daun lontar dan bambu yang kemudian digantikan oleh kayu, batu bata, batu kapur, dan batu kerikil.
Gereja di Budiao adalah bekas Visita, atau kapel desa, di dekat Cagsawa sebelum dipisahkan pada 29 November 1786 di bawah perlindungan Asunción de la Nuestra Senora tertentu.
Selama letusan 1814, gereja batu Budiao terkubur dan desa ditinggalkan. Menurut cerita hanya pastor paroki yang selamat karena berpegangan pada pohon kelapa.
Sebuah cacatan dari seorang biarawan, Francisco Aragoneses, mengatakan “sungai api, asap tebal dan abu” menutupi desa sementara orang-orang tergoncang oleh gempa bumi yang ganas.
Sang biarawan menulis bahwa pada 1 Februari 1814, sekitar pukul delapan pagi, Gunung Mayon mulai memuntahkan  batu karang, pasir, dan abu yang diikuti oleh “sungai api besar”.
Letusan 1814 adalah salah satu dari dua letusan Gunung Mayon terbesar dalam sejarah. Itu terdengar jauh sampai provinsi Samar di Filipina tengah, begitulah ceritanya.
Abu dan puing-puing dari letusan mengubur desa di sekitar Budiao dan Cagsawa, di mana sekitar 1.200 orang yang berlindung di dalam gereja terkubur hidup-hidup.
Sementara gereja Budiao benar-benar terkubur, fasad, menara lonceng, dan atapnya hancur, menara gereja Cagsawa selamat dan telah menjadi landmark provinsi Albay.
Sumber: http://indonesia.ucanews.com

Paus: Saya Terluka Melihat Mereka Gunakan HP Saat Misa

Nopember 9, 2017
Paus Fransiskus memimpin Misa saat kunjungan ke paroki San Pier Damiani di Roma pada 21 Mei 2017. (AFP PHOTO / Andreas SOLARO
Larger | Smaller
Paus Fransiskus mengatakan bahwa sangat mengganggu ketika orang memotret dirinya dengan telepon genggam selama Misa, terutama jika orang itu adalah seorang imam atau uskup.
“Ini mengganggu saya saat saya merayakan Misa di lapangan atau di basilika dan saya melihat begitu banyak ponsel di udara, tidak hanya dari umat, tapi juga dari beberapa imam dan uskup … Tolong … Misa bukan sebuah pertunjukkan, tapi sebuah perjumpaan dengan kisah Sengsara dan Kebangkitan Tuhan.”
Paus mengatakan dalam beberapa bulan ke depan dia akan berbicara tentang Ekaristi pada katekese hari Rabu untuk menjelaskan makna Misa.
“Sudahkah Anda melihat bagaimana anak-anak membuat tanda salib? Anda tidak tahu apa yang mereka lakukan, apakah itu membuat tanda salib atau menggambar. Mereka melakukannya seperti ini dan tidak tahu bagaimana …,” kata paus.
“Kita perlu belajar dan mengajar anak-anak untuk melakukannya dengan benar. Begitulah Misa dimulai, kehidupan dimulai, hari dimulai. Itu berarti kita telah diselamatkan oleh Salib Tuhan. Lihatlah anak-anak dan ajarkan mereka untuk membuat tanda salib dengan benar,” lanjut Paus Fransikus seperti dilaporkan Romereports.com
Paus Fransiskus mengingatkan bahwa, sama seperti para martir menyerahkan hidup mereka untuk membela Ekaristi, ada banyak orang Kristen saat ini yang menghadapai berbagai jenis penganiayaan untuk pergi Misa. Dia meminta umat Katolik untuk berhenti sejenak dan merenungkan makna Misa.
“Pikirkan … Saat Anda pergi Misa, Tuhan ada di sana. Anda terganggu, melamun … tapi Tuhan ada di sana. Mari pikirkan ini … ,” kata paus.
“[Tapi] Romo, Misa membosankan. Apa? Tuhan tidak mengatakan Misa membosankan?” ‘Tidak, tidak, bukan Misanya, tapi para imam. Para pastor harus berubah! Tuhan ada di sana. Mengerti? Jangan lupakan itu. ”
Ini adalah seri katekese ketujuh dari Paus Fransiskus. Selain menyelesaikan seri Year of the Faith yang dimulai oleh Benediktus XVI, paus telah mendedikasikan katekese tentang sakramen, karunia Roh Kudus, Gereja, keluarga, sukacita belas kasihan dan pengharapan.

Sumber: http://indonesia.ucanews.com/2017/11/09/paus-saya-terluka-melihat-mereka-gunakan-hp-saat-misa/

Orang Kristen menjadi kelompok teraniaya paling banyak di dunia

26/04/2017

Seorang polisi Pakistan berjalan dekat lokasi ledakan bom bunuh diri yang menargetkan keluarga Kristen di sebuah taman terbuka di Lahore, 28 Maret, 2016. (Arif Ali/AFP)
Ketika berbicara tentang penganiayaan berbasis agama, orang-orang Kristen menjadi kelompok yang paling menjadi target di seluruh dunia, demikian sebuah laporan yang dikeluarkan pekan lalu.
Laporan bertajuk “Di Bawah Pedang Caesar” yang merupakan proyek gabungan Universitas  Notre Dame dan Pusat Kebebasan Beragama Berkley Center di Universitas Georgetown , dipublikasikan tanggal 20 April di Washington D.C.
Laporan itu tidak hanya mendokumentasi penganiayaan terhadap umat Kristen di seluruh dunia, tapi juga tentang bagaimana mereka menanggapi penganiayaan.
“Orang-orang Kristen menjadi kelompok yang menjadi target utama,” kata laporan tersebut seperti dilansir Catholic News Agency.
Ada tiga jawaban yang lazim dari komunitas-komunitas Kristen terhadap kekerasan yang mereka alamai seperti: bertahan hidup, strategi untuk berbaur, dan konfrontasi, meskipun jawaban yang terakhir tidak lazim.
Bertahan hidup mencakup pilihan kelompok-kelompok Kristen untuk bertahan di mana mereka berada meskipun mengalami penganiayaan, misalnya kelompok minoritas di Iraq dan Syria, berkumpul secara rahasia untuk berdoa seperti gereja bawah tanah di Cina atau mempertahankan hubungan dengan rejim yang berkuasa.
Komunitas-komunitas Kristen juga menggunakan ‘strategi asosiasi’ dengan membangun hubungan dengan lembaga-lembaga non pemerintah atau kelompok internasional seperti PBB, atau memperkuat hubungan sosial mereka di negara mereka tinggal melalui layanan sosial atau menerapkan strategi memaafkan.
Contohnya Kristen Koptik dan Muslim di Mesir yang berusaha bersama-sama untuk saling melindungi gereja dan masjid dari kekerasan tahun 2011.
“Tanggapan orang Kristen terhadap penganiayaan hampir selalu tanpa kekerasan, dengan sedikit pengecualian, tidak melibatkan aksi terorisme,” demikian laporan tersebut.
Beberapa dari kelompok Kristen yang sangat teraniaya terjadi di negara-negara yang terisolasi dan tertutup terhadap penelitian dari luar, misalnya Korea Utara, Eritrea, Somalia, dan Yaman.
Orang-orang Kristen di seluruh dunia berusaha untuk menerapkan dialog, membangun hubungan yang baik dengan kelompok lain dalam masyarakat, dan tanpa kekerasan, lanjut laporan tersebut.

Aktivis Katolik yang dipenjara mendapat penghargaan

31/03/2017


Blogger Nguyen Ngoc Nhu Quynh dan kedua anaknya. Quynh memenangkan International Woman of Courage Award pada 29 Maret. (Foto: Tinmungchonguoingheo)
Seorang aktivis sekaligus blogger Katolik di Vietnam yang dipenjara dianugerahi oleh pemerintah AS karena gigih memperjuangkan hak-hak rakyat dan kebebasan.
Pada tanggal 29 Maret, Nguyen Ngoc Nhu Quynh, seorang blogger yang dikenal sebagai Me Nam atau Ibu  Mushroom, berada di antara 13 wanita yang menerima International Women of Courage Award oleh Departemen Luar Negeri AS yang menghormati “orang-orang yang telah menunjukkan keberanian yang luar biasa, kekuatan dan kepemimpinan dalam bertindak untuk memajukan kehidupan orang lain di seluruh dunia.”
Quynh, seorang ibu dua anak, adalah satu-satunya pemenang diberikan in absentia karena ia telah ditahan tanpa komunikasi sejak Oktober 2016 karena menerbitkan tulisan-tulisan anti-pemerintah dan berjuang untuk tahanan hati nurani.
Pastor dari ordo Redemtoris Anthony Le Ngoc Thanh mengatakan Quynh layak mendapat pengharagaan karena  “upayanya  untuk memperjuangkan kebebasan berbicara, melindungi aktivis dan menghentikan kasus kematian dalam tahanan polisi.”
Pastor Thanh, yang mendukung nilai-nilai demokrasi dan hak asasi manusia, mengutuk pemerintah komunis Vietnam karena dengan tidak adil menganiaya dan memenjarakan Quynh dan aktivis perempuan lainnya.
Pham Thanh Nghien, anggota Jaringan Vietnam Blogger yang didirikan oleh Quynh, mengatakan penghargaan diakui karena upayanya yang tak kenal lelah selama dekade terakhir.
Dalam posting Facebook-nya, Duta Besar AS untuk Vietnam Ted Osius memuji Quynh atas keberaniannya untuk “mengangkat isu-isu masyarakat sipil, menginspirasi perubahan damai, menyerukan transparansi pemerintah yang lebih besar dan akses ke hak asasi manusia dan menjadi corong untuk menyuarakan kebebasan berekspresi.”
Setidaknya ada 84 tahanan karena menyuarakan hati nurani rakyat di Vietnam, termasuk blogger, aktivis, minoritas etnis dan agama dan pembela hak asasi manusia dan keadilan sosial. Mereka dihukum setelah pengadilan yang tidak adil atau sedang ditahan sebelum disidangkan, demikian laporan Amnesty International Juli 2016.
Baca juga: Catholic activist jailed in Vietnam

Sumber: Ucanews

Prapaskah adalah perjalanan dari perbudakan menuju pembebasan

03/03/2017

"Jalan ini tentu saja tidak mudah, karena cinta memang tidak mudah, akan tapi jalan ini dipenuhi dengan harapan,” lanjut Paus Fransiskus.
Seperti orang Israel yang dibebaskan dari perbudakan, umat Kristiani juga dipanggil untuk mengikuti jalan menuju pengharapan dan kehidupan baru selama masa Prapaskah.
Pada audiensi pada hari Rabu Abu, 1 Maret, Paus Fransiskus mengatakan bahwa melalui penderitaan, kematian dan kebangkitan-Nya, Yesus telah membuka bagi kita semua suatu jalan menuju kehidupan yang penuh, abadi dan terberkati.
Masa Prapaskah memiliki makna, Kristus mendahului kita dengan suatu perjalanan keluar dari penderitaan (eksodus) dan kita menyeberangi padang gurun untuk mengikuti dia.
Kisah perjalanan bangsa Israel menuju Tanah Perjanjian dan kesetiaan Tuhan dalam masa-masa sulit serta penderitaan membantu umat Kristiani lebih memahami makna Prapaskah.
“Keseluruhan jalan ini dipenuhi dengan harapan, harapan untuk menggapai Tanah Perjanjian dan inilah yang disebut eksodus, pembebasan dari perbudakan menuju pembebasan,” kata Paus Fransiskus seperti dikutip ucanews.com dari Catholic News Service.
“Setiap langkah, setiap usaha, setiap percobaan, setiap kali kita jatuh dan dan setiap kali kita membarui diri memiliki arti hanya dalam rencana keselamatan dari Tuhan, yang menginginkan kehidupan bagi kita bukan kematian, kebahagian dan bukan penderitaan.”
Prapaskah dilalui melalui dinamika bahwa Kristus mendahului kita melalui perjalanan panjang dan melalui kemenanganNya umat kristiani dipanggil untuk terus menumbuhkan api kecil ini yang sudah dinyalakan dalam diri kita pada waktu kita dibaptis.
“Jalan ini tentu saja tidak mudah, karena cinta memang tidak mudah, akan tapi jalan ini dipenuhi dengan harapan,” lanjut Paus Fransiskus.


Gereja Katolik Jepang menandai Tahun Kerahiman bersama Buddha dan Shinto

14/10/2016

Perwakilan dari komunitas Buddha, Shinto, dan Katolik berkumpul untuk membahas konsep kerahiman selama simposium yang diadakan pada 10 September di gereja Kanazawa.

Komite Dialog Antaragama Konferensi Waligereja Jepang mengadakan simposium sebagai bagian dari Tahun Luar Biasa Kerahiman Allah membahas teori dan praktek belas kasihan dalam agama Buddha dan Shinto.
Jepang memiliki beberapa kata yang sesuai dengan kata bahasa Inggris “mercy.” Dua istilah, itsukushimi dan awaremi, yang umum digunakan sama di kalangan Kristen, Buddha, dan Shinto. Selain itu, umat Buddha Jepang juga menggunakan jihi, istilah Cina kuno untuk ide serupa.
Satake menjelaskan bahwa “jihi” mengacu pada pikiran Buddha, dan terdiri dari karakter yang berarti “perasaan terhadap teman” dan “perasaan ketidakmampuan untuk tetap diam.” Menurut kepercayaan Buddha, “jihi” Buddha tidak mengenal batas.
Pastor Hiromichi Nakagawa OCarm, salah satu pembicara dalam simposium baru-baru ini di Kota Kanazawa, mengatakan bahwa kata bahasa Latin untuk belas kasihan, misericordia, terdiri dari dua kata, “miser” (sengsara) dan “cor” (hati).
“Mari kita beralih lagi untuk bertemu Dia yang menyatukan hatinya sendiri dengan hati para penderita,” kata Pastor Nakagawa. “Itulah arti dari Tahun Kerahiman ini.”
Menurut Ken Mihashi, seorang penulis dan dosen di bidang studi Buddhis, kata asli dari istilah itsukushimi dahulu kala adalah bahwa manusia takut kekuatan misterius para dewa sehingga mereka melakukan ritual penyucian diri dan mendirikan kuil untuk mereka.
Namun, Mihashi menjelaskan bahwa, dalam Shinto modern,itsukushimi berarti bahwa para dewa “menuntun manusia” seperti orangtua lakukan pada anak-anak mereka.
Mihashi menunjukkan paralel langsung ke ide ini dalam kekristenan Jepang. Ketika orang-orang Kristen pertama kali tiba di Jepang, mereka berbicara tentang kasih Tuhan tidak menggunakanitsukushimi melainkan gotaisetsu, yang berarti “untuk dihormati.”
“Itu adalah terjemahan fantastis,” katanya, seraya menambahkan bahwa belas kasihan dari dewa Shinto juga terbatas.
Yang Mulia Toru Satake, seorang biksu Buddha, menemukan signifikansi dalam kata lain bahasa Jepang, “yami,” yang berarti “gelap.” Karakter Cina untuk kata ini terdiri dari karakter yang menyiratkan “suatu keadaan di mana seseorang tidak bisa mendengar suara-suara orang lain,” katanya.
Kata ini menunjukkan pentingnya berbicara satu sama lain sebagai sarana untuk melawan kegelapan mencengkeram lebih dari setengah juta orang dewasa Jepang yang telah dianggap bunuh diri, tambahnya.
Yang Mulia Satake mengacu pada statistik yang dirilis tiga hari sebelum simposium yang mengatakan sekitar 530.000 dari 120 juta orang Jepang telah mencoba bunuh diri.
Ia menjelaskan bahwa jihi juga ditemukan dalam tindakan nyata seperti kegiatan relawan menyusul gempa Jepang dan bencana nuklir di Fukushima.
Imam Buddha itu kemudian menunjukkan  buku puisi oleh seorang Buddhis yang meninggal pada usia 75 tahun beberapa tahun lalu.
Pria itu telah terbaring di tempat tidur selama sekitar 50 tahun setelah menderita penyakit yang membuatnya tidak bisa bergerak. Keluarga adiknya membawa dan merawat dia, tetapi ia tidak dapat menemukan arti hidup seperti itu dan berharap hanya untuk mati.
Tapi kemudian, suatu hari, dia kebetulan melihat program televisi tentang Buddhisme dan menyadari betapa beruntungnya dia. Meskipun ia sendiri tak berdaya, ia memiliki bantuan dari seluruh keluarga.
“Saya pikir menemukan belas kasihan dari Buddha adalah persis seperti penemuan orang ini,” tambah Yang Mulia Satake.
Komite Dialog Antaragama Konferensi Waligereja Jepang selama bertahun-tahun menyatukan umat Katolik  dengan umat Buddha dan Shinto untuk membahas topik-topik, seperti populasi Jepang yang menua dan kebutuhan perdamaian untuk menandai peringatan 70 tahun berakhirnya Perang Dunia II.
Paus Fransiskus menyatakan “Tahun Luar Biasa Kerahiman Allah” mendorong orang untuk “berbelas kasihan seperti Bapa.”

Umat Katolik membawa kendaraan untuk diberkati di Tahun Baru Imlek

02/02/2017


Pastor Joseph Nguyen Trong Duong memberkati sepeda motor dengan air suci di halaman Gereja Vinh Quang pada hari ketiga Tet.

Umat Katolik dari sebuah paroki di Vietnam bagian utara membawa kendaraan mereka untuk diberkati selama perayaan Tahun Baru Imlek di negara itu karena mereka memohon perlindungan Tuhan di jalan.
Pastor Joseph Nguyen Trong Duong memberkati sekitar 1.000 mobil, truk dan sepeda motor dengan air suci pada 30 Januari saat Misa khusus pada hari ketiga Tet, perayaan Tahun Baru Imlek di Vietnam.
Sekitar 1.500 orang menghadiri acara yang digelar di Gereja Vinh Quang, peroki Nghia Lo di Provinsi Yen Bai.
“Kami memohon kepada Tuhan untuk memberkati kendaraan kami sehingga kami dapat menggunakannya dengan aman di Tahun Baru,” kata Pastor Duong, 48, kepada umat.
“Saya meminta semua pengemudi Katolik untuk menjadi contoh cara mengemudi dengan hati-hati dan secara sadar mematuhi peraturan lalu lintas, memakai helm, dan tidak minum alkohol saat mengemudi guna melindungi kehidupan Anda dan orang lain,” kata Pastor Duong, kepala paroki.
Thomas Tran Binh Minh, seorang pedagang bahan bangunan, memiliki tiga sepeda motor, mobil dan truk diberkati dalam Misa itu.
“Kami memiliki ketenangan pikiran dengan kendaraan diberkati karena kami percaya bahwa Tuhan berjalan bersama kami,” kata Minh.
Minh mengatakan bahwa tahun lalu ia menyaksikan lima kecelakaan di jalan yang menewaskan empat orang dan melukai lima lainnya. Sebagian besar pengemudi, kata dia, telah minum alkohol.
Sejumlah sepeda motor dibawa ke Gereja Vinh Quang untuk diberkati.

Joseph Tran Minh Nhu, 94, mengatakan ia telah membawa sepedanya ke gereja untuk diberkati pada saat Tet selama lima tahun terakhir.
“Saya sudah tua, tapi masih suka bersepeda di sekitar desa kami setiap hari. Tuhan melindungi saya dari kecelakaan,” katanya.
Acara ini juga bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap keselamatan selama musim liburan. Komite Keselamatan Lalu Lintas Nasional mencatat 86 orang tewas dan 137 luka-luka akibat kecelakaan lalu lintas di negara itu selama tiga hari pertama Tet.
Tahun 2016, kecelakaan di jalan menewaskan hampir 8.700 orang dan melukai 19.000 lainnya, menurut komite itu.
Pastor Duong juga memberkati kendaraan bermotor milik umat Katolik di lima lokasi lain pada 30 Januari.
Sebagai bagian dari upaya inkulturasi, Gereja Katolik di Vietnam menandai hari pertama Tet untuk perdamaian dan kemakmuran bangsa, hari kedua untuk leluhur dan hari ketiga untuk pekerjaan.
Sumber: ucanews.com

Pintu Suci Segera Ditutup

Saatnya Kerahiman, Pintu Suci Segera Ditutup Tapi Misi Kerahiman Terus Digelorakan


16 NOVEMBER 2016




SEJAK tahun kerahiman dibuka secara resmi oleh Paus Fransiskus pada 10 Desember 2015, lebih dari 20 juta peziarah datang ke  kota Roma. Namun, bagi Paus Fransiskus, perayaan kerahiman Allah selalu bersifat lokal dimana dirayakan oleh semua umat di berbagai paroki di seluruh dunia.
Sebagaimana diberitakan catholicregister.org, Paus Fransiskus dilaporkan begitu mengagumi karya evangelisasi Baru yang dijalankan oleh Dewan Kepausan untuk Evangelisasi. Paus mengatakan ia ingin tahun suci ini menjadi langkah baru bagi Gereja dalam karya  misinya untuk membawa  Injil Kerahiman kepada setiap orang.
Paus mengatakan bahwa tahun kerahiman yang dimulai sejak 8 Desember 2015 bukanlah sesuatu yang eksklusif karena Allah senantiasa menunjukkan belaskasih-Nya dengan mengorbankan Putera-Nya demi keselamatan semua orang.
Paus juga menegaskan perayaan tahun kerahiman ini telah menghadirkan fokus gereja pada karya belaskasih. Tren evangelisasi sudah jelas mulai hadir ketika Paus Yohanes Paulus II (alm) menulis ensiklik tentang Kerahiman tahun 1980 dan ketika ia dibeatifikasi dan kemudian peristiwa kanonisasi Suster Faustin Kowalska yang dikenal sebagai “Rasul Kerahiman Ilahi”.
“Saya yakin ini saatnya belaskasih jadi nyata”, kata Paus Fransiskus kepada wartawan dalam perjalanan ke Brasil tahun 2013 lalu. “Gereja adalah ibu. Ia harus keluar dan menyembuhkan orang-orang yang terluka dengan belaskasih”.
Menurut Paus Fransiskus, secara pribadi dan untuk semua orang Katolik, inilah waktunya untuk saling menyembuhkan, saling mengampuni dan dengan jujur memohon belaskasih Tuhan lewat absolusi.
Paus secara resmi mengutus lebih dari 1.100 imam dari seluruh dunia sebagai “misionaris belas kasih” pada hari Rabu Abu, 10 Februari 2016 dan memberi mereka kemampuan khusus untuk melakukan tindakan absolusi bahkan dalam kasus yang biasanya harus dirujuk kepada uskup setempat atau bahkan Vatikan.
Sumber: www.catholicregister.org

Ibu Teresa ‘menaklukkan hati orang India’

24/10/2016

Seorang pejabat tinggi pemerintahan nasionalis Hindu di India telah memuji St. Teresa dari Kalkuta dan berjanji melindungi orang Kristen dari kekerasan bermotif agama.
“Dia adalah ibu untuk semua orang India,” kata Menteri Dalam Negeri Rajnath Singh, berbicara pada 19 Oktober di New Delhi di hadapan para pejabat Gereja yang diselenggarakan untuk merayakan kanonisasi biarawati itu bulan lalu.
Dua orang dari Makedonia terkenal di India – pertama, Alexander Agung, yang datang menaklukkan India, “tapi Ibu Teresa datang dan menaklukkan hati orang India,” kata Singh disambut tepuk tangan meriah dari 1.000 hadirin.
“India tidak ada tempat untuk diskriminasi agama,” katanya dalam pertemuan termasuk empat kardinal India, Uskup Agung Salvatore Pennacchio serta sekitar 60 uskup dan tamu undangan.
“Atas nama negara, saya sangat menghormati Ibu Teresa,” katanya.
Kardinal Geroge Alencherry, ketua Gereja Siro-Malabar, bersalaman dengan Menteri Dalam Negeri India Rajnath Singh pada 19 Oktober di New Delhi dalam acara menandai kanonisasi Ibu Teresa. 

Kata-kata Singh sangat signifikan karena sejumlah elemen garis keras dari Partai Bharatiya Janata (BJP) secara terus menerus menuduh biarawati itu menggunakan karya sosialnya sebagai cara untuk mengkonversi warga Hindu ke Kristen.
Para pejabat Gereja telah mengeluh bahwa kekerasan agama terhadap umat Kristen telah meningkat, terutama di India bagian utara di mana mereka hanya memiliki kurang dari satu persen dari populasi, sejak BJP berkuasa dua tahun lalu.
Singh mengatakan kekerasan anti-Kristen terkait politik lokal dan mencatat beberapa insiden kekerasan terhadap umat Kristen sebelum Pemilu 2014 di negara itu, partainya direkayasa oleh saingan.
“Tidak ada insiden kekerasan setelah pemilu. Sekarang, kami memastikan bahwa tidak akan ada kekerasan terhadap Anda, sebelum, selama dan setelah pemilu,” kata Singh.
Singh menambahkan bahwa India “adalah sebuah universitas toleransi. Tanpa toleransi, ko-eksistensi (beragam agama dan budaya) tidak mungkin ada. Tanpa toleransi tidak ada perdamaian,” kata Singh.
Kardinal Baselios Cleemis, ketua Konferensi Waligereja India, mengatakan dalam pertemuan itu bahwa perayaan di ibukota negara itu sangat bermakna.
Namun, Pastor Theodore Mascarenhas, sekjen Konferensi Waligereja India, mengatakan bahwa orang Kristen masih takut terhadap ekstremis Hindu.
Pada semester pertama tahun 2016, setidaknya 134 insiden kekerasan terhadap orang Kristen, dibandingkan dengan 147 insiden tahun 2014 dan 177 tahun 2015, menurut data yang dirilis oleh Evangelical Fellowship of India’s Religious Liberty Commission.
Orang Kristen merupakan minoritas kecil dengan 2,4 persen dari 1,2 miliar populasi India, lebih dari 80 persen beragama Hindu.
Sumber: ucanews.com

Patung Bunda Maria di gereja tertua di Taiwan dibakar

10/08/2016

Seorang pria dengan riwayat sakit mental telah ditangkap karena membakar patung Bunda Maria yang terbuat dari kayu di sebuah gereja tertua di Taiwan.
Setelah mengamati rekaman video insiden 3 Agustus itu, polisi menangkap seorang tersangka bernama Pan pada 4 Agustus karena ia merusak patung di Basilika Santa Perawan Maria Dikandung Tanpa Noda di kota Wanjin, selatan Pingtung.
Tersangka mengaku tindakan vandalisme tersebut dan mengatakan Santa Perawan Maria adalah istrinya, menurut media lokal.
Pastor Anselm Hsu mengatakan kepada ucanews.com bahwa tersangka bukan orang Katolik.
“Tapi, saya telah melihat orang ini beberapa kali sebelumnya, ia tinggal dekat gereja,” kata Pastor Hsu.
“Polisi harus menyelidiki lebih lanjut bahkan jika Pan telah mengakui kejahatannya,” kata imam Dominikan itu di gereja berusia 140 tahun, Keuskupan Kaohsiung.
“Beruntung bahwa hanya pakaian patung itu yang terbakar dan tidak ada kerugian,” katanya.
“Ini adalah dilema bagi kami untuk meningkatkan langkah-langkah keamanan yang lebih ketat karena kami ingin gereja itu dijangkau semua orang.”
Dengan empat hingga lima pemandu membawa ratusan peziarah setiap hari ke gereja itu, Tempat Doa Bunda Maria selalu tetap terbuka. Gereja ini juga merupakan lokasi yang populer untuk para pasangan, termasuk non-Katolik, untuk foto pernikahan.
Terletak di sisi kiri depan altar, patung kayu berusia 60 tahun itu berdiri di atas van dan digunakan selama prosesi untuk hari raya Gereja penting.
“Setelah penyelidikan forensik selesai, kami akan mengganti busana patung itu. Kami akan mengecat kembali, yang telah menjadi hitam akibat terbakar,” kata Pastor Hsu.
Agama Katolik diperkenalkan ke Wanjin tahun 1861 dan sebuah gereja dibangun dua tahun kemudian.
Tahun 1869, Pastor Francisco Herce membeli sebidang tanah di kota itu untuk membangun gereja baru, yang sekarang Basilika Kecil. Bangunan bergaya Spanyol itu diresmikan pada 8 Desember 1870, Hari Raya St. Perawan Maria Dikandung Tanpa Noda.
Tahun 1984, Paus Yohanes Paulus II menjadikan gereja itu sebagai Basilika Kecil dan Kementerian Dalam Negeri Taiwan menamakannya sebagai relikwi daerah itu tahun berikutnya.
Wanjin memiliki populasi Katolik 3.000 jiwa. Kota ini hanya didominasi Katolik di Taiwan. Keuskupan Kaoshiung memiliki sekitar 45.000 umat Katolik.
Sumber: ucanews.com

Paus Fransiskus berdoa bagi para korban serangan teror di Dhaka dan Baghdad

05/07/2016

Paus Fransiskus berdoa bagi para korban serangan teror yang terjadi di Dhaka, ibukota Banglades dan Baghdad, ibukota, Irak selama tiga hari yang dimulai pada 1 Juli.
“Saya menawarkan kedekatan saya kepada keluarga dari semua orang yang tewas dan luka-luka dalam serangan yang terjadi (Sabtu pagi) di Dhaka, dan juga, yang terjadi (Sabtu) di Baghdad,” kata Paus Fransiskus selama doa Angelus hari Minggu di Lapangan Santo Petrus, seperti yang dilaporkan Radio Vatikan.
“Mari kita berdoa bersama-sama,” lanjut Bapa Suci, “Mari kita berdoa bersama bagi mereka – untuk semua orang yang tewas – dan mari kita memohon Tuhan untuk mengubah hati semua orang yang dibutakan oleh kebencian.”
Militan Islam menewaskan sedikitnya 20 orang yang tidak berdosa di sebuah restoran Dhaka selama 1-2 Juli. Sebagian besar korban adalah warga asing.
Lebih dari 120 orang tewas dalam serangan Baghdad yang ditargetkan lingkungan mayoritas Syiah pada 3 Juli.

Uskup mendesak umat Katolik Filipina untuk tidak menyalibkan diri

22/03/2016
Uskup mendesak umat Katolik Filipina untuk tidak menyalibkan diri thumbnail
Sebagai bentuk silih dosa, sejumlah warga Filipina rela menyalibkan diri pada Jumat Agung.

Mewartakan kepada orang miskin, bukan dengan menyakiti diri sendiri, kata para uskup di negara itu kepada warga Filipina, banyak dari mereka diketahui taat pada bentuk-bentuk ekstrim untuk menebus dosa seperti penyaliban dan penyisiksaan pada Jumat Agung.
“Jika Anda ingin benar-benar membuat Pekan Suci yang baik, memberikan banyak cinta, mencintai lebih banyak orang, memberi kepada orang miskin,” kata Uskup Agung Lingayen-Dagupan Mgr Socrates Villegas, ketua presidium Konferensi Waligereja Filipina.
“Membantu orang miskin akan menambah kesucian di zaman kita,” kata Uskup Agung Villegas selama kotbah Minggu Palma pada 20 Maret.
Minggu Palma dalam kisah Injil menandai masuknya Yesus ke Yerusalem.
“Apa yang membuat hari ini suci? Tidak menyakiti diri sendiri. Tidak mempublikasikan pengabdian yang saleh. Tidak mengelamun dalam bermeditasi,” kata Uskup Agung Villegas.
“Apa yang membuat pekan suci ini khidmat, cinta tiada bandingnya yang Kristus korbankan dalam hari-hari ini,” tambahnya.
Kardinal Luis Antonio Tagle dari Manila menyerukan umat beriman “membawa kembali rahmat” selama peringatan Pekan Suci.
Di mana ada kasih sayang? Di mana ada rahmat?” tanya Kardinal Tagle dalam homili Minggu Palmanya di Katedral Manila.
Prelatus itu mengatakan, “Percaya pada Tuhan” adalah “rahasia rahmat (Yesus) yang diam dan penuh kasih sayang bahkan kepada musuh.”
Kardinal Tagle mengatakan masalah di dunia saat ini adalah orang-orang “mengandalkan uang, senjata, tentara pribadi, koneksi.”
“Jika kita terus mengandalkan hal-hal ini, semakin kita menjadi kurang bermurah hati. Anda akan menggunakan semua itu bahkan jika itu akan menyakiti orang lain.”
Dia mengatakan panggilan untuk menjadi penyayang sangat signifikan tidak hanya selama Pekan Suci
tetapi juga selama peringatan Tahun Yubileum Kerahiman.
Sumber: ucanews.com

Doa untuk para biarawati dan pekerja yang dibunuh di Yaman

08/03/2016
Doa untuk para biarawati dan pekerja yang dibunuh di Yaman thumbnail
Warga Yaman menggelar demontrasi terkait pembunuhan 16 orang, termasuk empat suster Misionaris Cinta Kasih di sebuah panti jompo di Aden pada 4 Maret.

Biarawati Katolik India adalah salah satu di antara empat suster dari Kongregasi Misionaris Cinta Kasih (MC) yang ditembak mati oleh teroris di Yaman, kata seorang juru bicara dari Kongregasi MC di India.
Empat biarawati itu termasuk 16 orang yang tewas oleh serangan teroris di sebuah biara dan panti jompo yang dikelola oleh para suster MC di kota pelabuhan Aden. Dua biarawati lain yang dibunuh berasal dari Rwanda dan satu dari Kenya, demikian Sunita Kumar, juru bicara kongregasi tersebut.
Kumar mengatakan bahwa para suster di pusat Tarekat MC di Kolkata, India berdoa untuk para suster dan pekerja yang tewas dalam peristiwa sadis itu dan bagi mereka yang hidup dalam bahaya.
“Mereka juga berdoa untuk orang-orang bersenjata tersebut dan perdamaian di Yaman,” kata Kumar.
Suster Christy, anggota dewan Kongregasi MC menyatakan terkejut dengan pembunuhan tersebut.
“Kami telah mempertaruhkan nyawa bersama-sama,” katanya kepada ucanews.com.
Para suster yang dibunuh itu telah diidentifikasi sebagai Suster Anselma, 57, dari Gumla. Jharkhand, India, Suster Margretta dan Suster Redinette, 32, dari Rwanda dan Suster Judith, 41, dari Kenya.
Paus Fransiskus berdoa untuk para biarawati yang dibunuh ini selama pidatonya di Lapangan Santo Petrus setelah doa Angelus, lapor Radio Vatikan.
Paus mengatakan para biarawati itu adalah martir modern dan korban ketidakpedulian globalisasi.
Korban lain dari pembantaian termasuk para pekerja relawan, beberapa di antaranya berasal dari Ethiopia.
Kumar mengatakan bahwa tiga orang bersenjata berseragam biru memasuki panti jompo itu ketika empat biarawati menyiapkan sarapan pagi untuk 80 penghuni di panti jompo tersebut.
“Melihat orang-orang bersenjata, para suster berlari untuk menyelamatkan diri menuju biara mereka dan mereka ditembak,” katanya.
“Kami idak bersalah,” kata Suster Sally, pemimpin biara itu, yang bersembunyi di lemari es dan selamat.
“Dia tidak dapat ditemukan oleh orang-orang bersenjata yang mencari seluruh rumah itu,” kata Kumar.
Kumar menambahkan bahwa para penyerang mengobrak-abrik biara itu, menghancurkan patung-patung, tabernakel dan salib di kapel.
Pastor Thomas Uzhunnalil, dari provinsi Bangaluru, India, yang  tinggal di biara itu dilaporkan hilang setelah serangan itu. Dikhawatirkan imam itu telah diculik oleh orang-orang bersenjata.
Saat ini tidak jelas siapa yang melakukan pembunuhan, tetapi diduga kelompok bersenjata itu adalah anggota al-Qaida atau ISIS.
Pastor Valarkot mengatakan para biarawati akan dimakamkan di Yaman, dan para imam di sana akan mengatur pemakaman. “Tapi, perjalanan dibatasi karena masalah keamanan,” katanya.
Ibu Teresa mendirikan panti jompo di Aden tahun 1992. Kongregasi itu juga memiliki rumah di Sanaa’, Taiz dan al Hudaydah di negara Muslim yang miskin itu. Tahun 1998, orang-orang bersenjata di kota Hodeida, dekat Laut Merah membunuh tiga suster MC.
Yaman telah terjebak dalam perang saudara yang telah menewaskan lebih dari 6.000 orang, dan 2,4 juta orang mengungsi sejak perang pecah pada Maret 2015.
Sumber: ucanews.com