Selamat Datang di Gereja Paroki St Yosef Duri . . . . . Welcome to St Yosef Parish Church Duri - INDONESIA
Selamat Datang dan Terima kasih telah mengunjungi situs Gereja Katolik Paroki St.Yosef - Duri, Riau Indonesia. Menjadi Gereja yang Mandiri dan Berbuah, itulah Visi dan Misi Gereja Paroki St Yosef Duri, oleh karena itu peran serta aktif umat dalam pewartaan adalah sesuatu yang sangat diperlukan, untuk itu apabila Saudara-Saudari berminat untuk menyumbangkan pikiran, tenaga, ketrampilan, pengetahuan, dana, waktu dan bantuan apapun termasuk komentar dan usulan, silahkan hubungi kami di: gerejaparokistyosef@gmail.com.

Karikatur Sadar Liturgi 
(silahkan klik untuk melihat)

Karikatur Sadar Liturgi ini adalah karya romo F.X. Agis Triatmo O.Carm.
masing-masing content link berisi 8 sampai 10 karikatur



12345678910
11121314151617181920
21222324252627282930
31323334353637383940
41424344454647484950
Kalender Liturgi

Liturgical Calendar


Kalender Liturgi 2019 Tahun C/I
Kalender Liturgi 2019 Tahun C/I (2 Des 2018 - 30 Nov 2019)
Kalender Liturgi Iman Katolik tahun C/I - 2019
Bekerja sama dengan Komisi Liturgi KWI
==>Download<==

Kalender Liturgi 2018 Tahun B/II (3 Des 2017 - 1 Des 2018)
Kalender Liturgi Iman Katolik tahun B/II - 2018
Bekerja sama dengan Komisi Liturgi KWI
==>Download<==
Kalender Liturgi 2017 Tahun A/I (27 Nov 2016 - 2 Des 2017)
Kalender Liturgi Iman Katolik tahun A/I - 2017
Bekerja sama dengan Komisi Liturgi KWI

Pimpinan Sekolah Katolik se-Indonesia Gelar Pertemuan di Jayapura

Nopember 23, 2018
Pimpinan Sekolah Katolik se-Indonesia Gelar Pertemuan di Jayapura
Para murid di SMA YPPK Teruna Bakti, Waena, Papua. Pimpinan sekolah-sekolah Katolik, termasuk dari sekolah ini menggelar pertemuan di Jayapura pada 23-25 November (Ryan Dagur/ucanews.com
Para pimpinan sekolah-sekolah Katolik dari seluruh Indonesia berkumpul di Jayapura, Papua pada tanggl 23 – 25 November 2018 untuk mengikuti hari studi yang fokus membicarakan tentang penguatan pendidikan karakter berbasis multikultural.
Pertemuan ini merupakan agenda dari Majelis Nasional Pendidikan Katolik (MNPK), organisasi mitra Komisi Pendidikan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) yang mengkordinasi yayasan-yayasan serta sekolah-sekolah Katolik.
Majelis Pendidikan Katolik Papua menjadi panitia pelaksana kegiatan ini, di bawah koordinasi ketua panitia pelaksana Silvester Lobya, yang juga Direktur Yayasan Pendidikan dan Persekolahan Katolik Kota/Kabupaten Jayapura.
Dengan tema “Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Multikultural Menuju Peradaban Kasih,” hari studi ini dihadiri 250 peserta yang datang dari keuskupan-keuskupan di seluruh Indonesia.
Pastor Vinsensius Darmin Mbula OFM, Ketua Presidium MNPK mengatakan, melalui tema ini, MNPK mengafirmasi pentingnya dimensi multukultural dalam rangka penguatan pendidikan karakter.
“Tentu saja, MNPK mengakui bahwa pendidikan karakter berbasis multikultural sudah dilaksanakan di setiap lembaga pendidikan Katolik,” katanya di Jayapura, Kamis, 22 November 2018.

“Mendiskusikan secara khusus tema ini menegaskan sekaligus dua hal, yakni tekad untuk mengambil bagian dan menyukseskan program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) yang sudah dicanangkan pemerintah serta memberi corak yang jelas bagi penerapan PPK itu dalam lembaga pendidikan Katolik, yaitu sesuai konteks Indonesia dan dengan inspirasi dari iman Katolik, khususnya dari Ajaran Sosial Gereja,” lanjut Pastor Darmin.

Ia menambahkan, membahas pendidikan karakter juga sangatlah relevan dan kontektual di tengah situasi Indonesia saat ini yang masih saja digerogoti oleh intoleransi, kekerasan atas nama agama serta berkembangnya hoaks yang mengarah pada perpecahan.
“Sayangnya di tengah kondisi demikian, lembaga-lembaga pendidikan yang diharapkan menjadi benteng pertahanan terpeliharanya prinsip-prinsip dasar kehidupan berbangsa dan bernegara, seperti penghargaan terhadap keberagaman, toleransi dan terpancarnya peradaban kasih yang mewujud dalam harmoni, semakin rapuh,” katanya.
“Institusi-instusi pendidikan justeru menjadi bagian dari masalah, sebagaimana ditunjukkan dalam survei-survei berbagai lembaga swadaya masyarakat, di mana sekolah dan kampus-kampus menjadi lahan berkembangnya radikalisme dan ekstrimisme,” tambahnya.
Ia mengatakan, melalui kegiatan hari studi ini, lembaga-lembaga pendidikan Katolik ingin memperkuat diri agar steril dari bahaya-bahaya itu serta terus berikhtiar mengambil bagian dalam menghidupkan nilai-nilai karakter bangsa, sebagaimana yang termaktub dalam Pancasila.
“Selama hari studi ini, kami akan menggali inspirasi-inspirasi dari kekayaan budaya dan tradisi, serta dari Ajaran Sosial Gereja sendiri tentang hal-hal yang perlu terus dikembangkan di sekolah Katolik serta bisa ditularkan kepada sesama anak bangsa demi menyukseskan misi kita bersama, yakni menjadikan Indonesia sebagai rumah bersama yang aman dan damai, sehingga di dalamnya anak-anak bangsa bisa berkembang dan bertumbuh dengan baik dan memiliki kesempatan yang sama pula dalam berjuang mewujudkan Indonesia yang maju dan makmur,” katanya.
Silvester Lobya menambahkan, pembicaraan tentang pendidikan karakter dalam hari studi ini juga merupakan bagian dari keperihatinan atas ketimpangan yang cukup menguat dalam praktek pendidikan saat ini.

“Pendidikan kita lebih mengedepankan penguasaan aspek kognitif dengan tujuan meningkatkan mutu lulusan lewat capaian hasil ujian nasional atau lulus dengan nilai akademik yang memadai di atas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), sementara pendidikan karakter dan nilai-nilai budaya bangsa di dalam diri anak bangsa semakin terpingirkan,” katanya.

Rapuhnya karakter dan budaya bangsa dalam kehidupan berbangsa, kata dia, bisa membawa kemunduran peradaban bangsa.
“Padahal, kehidupan masyarakat yang memiliki karakter dan budaya yang kuat akan semakin memperkuat eksistensi suatu bangsa dan negara,” tegas Silvester.
Rangkaian acara hari studi akan dibuka secara resmi pada Jumat, 23 November dengan Misa yang dipimpin oleh Uskup Jayapura, Mgr. Leo Laba Ladjar OFM, di mana hadir juga Gubernur Provinsi Papua, Lukas Enembe dan Walikota Jayapura, Drs. Benhur Tomi Mano, MM untuk menyampaikan sambutan.
Hari kedua pada Sabtu, adalah seminar dan diskusi, dengan pembicara Rektor Universitas Cenderawasih, Dr. Ir. Apolo Safanpo, ST, MT; Dosen Universitas Atma Jaya Jakarta : Dr. Clara R.P. Ajikusumo, MSC;  Dosen Universitas De La Salle Manado,  Pastor Dr.Revi Tumario Tanod PR; Dosen FIB Universitas Indonesia dan Ketua Asosiasi Tradisi Lisan (ATL), Pudentia MPSS; dan Dosen Program Magister Linguistik dan Terapan Bahasa Inggris Universitas Atmajaya Jakarta, Prof. Bambang Kaswanti Puroh.
Menteri Pendidika, Muhadjir Effendi diagendakan juga hadir pada Sabtu.
Sementara pada Minggu, peserta akan menggelar kunjungan ke perbatasan Indonesia dan Papua Nugini, di mana akan disambut tarian perbatasan lalu kemudian menyaksikan pentas seni budaya Papua. Rangkaitan kegiatan akan kembali ditutup dengan Misa pada Minggu sore

Sumber: https://indonesia.ucanews.com/2018/11/23/pimpinan-sekolah-katolik-se-indonesia-gelar-pertemuan-di-jayapura/

Hampir 300 Juta Orang Kristen Dianiaya di Seluruh Dunia

Nopember 28, 2018
Hampir 300 Juta Orang Kristen Dianiaya di Seluruh Dunia
Para pengungsi Kristen asal Pakistan memperlihatkan passport mereka di apartemen kecil di pinggir kota Bangkok pada 3 November setelah melarikan diri dari persekusi di negara mereka tahun 2013. Umat Kristen di Pakistan menjadi target sporadis oleh kelompok radikal, dan tuduhan penistaan bisa dengan mudah dialamatkan kepada kelompok ini, seringkali atas kasus pribadi di negara mayoritas Muslim ini. (Foto:Adam Jones/AFP)
Orang Kristen menjadi kelompok agama yang paling teraniaya, menurut laporan Aid to the Church in Need (ACN).
Hampir 300 juta orang Kristen, atau satu dari tujuh orang Kristen di dunia, tinggal di negara di mana mereka menghadapi kekerasan, penangkapan dan hak asasi mereka dilanggar.
Sekitar 61 persen populasi dunia hidup di negara-negara di mana kebebasan beragama tidak dihormati, yang berarti bahwa enam dari 10 orang di seluruh dunia tidak dapat mengekspresikan iman mereka dengan kebebasan total, demikian laporan Vatikan News.
Ini adalah sebagian dari angka-angka yang terungkap dalam Laporan Kebebasan Beragama 2018 oleh ACN, yayasan dan badan amal internasional milik gereja Katolik untuk membantu orang Kristen yang dianiaya di seluruh dunia.

Laporan ini mengamati 196 negara, memeriksa sejauh mana hak dasar untuk kebebasan beragama, sebagaimana didefinisikan dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa, dihormati berkaitan dengan semua agama dan kepercayaan.

Laporan, yang berisi data dari Juni 2016 hingga Juni 2018, menunjukkan pelanggaran berat kebebasan beragama di 38 negara. Di 17 negara ada diskriminasi serius atas dasar keyakinan agama, sementara di 21 negara ada penganiayaan terhadap minoritas agama, dalam beberapa kasus tertentu berujung pada kematian.

Laporan tersebut mengungkapkan bahwa di beberapa negara kebebasan beragama makin memburuk, situasi makin memburuk selama dua tahun terakhir. Pada tingkat global secara umum, rasa hormat terhadap kebebasan beragama secara keseluruhan juga telah memburuk.
Studi ACN menunjukkan bahwa di 22 negara alasan serangan terhadap kebebasan beragama berakar pada Islamisme radikal, sementara di negara-negara lain penyebab dominan adalah otoritarianisme negara atau pemerintah yang mengeluarkan kebijakan “nasionalisme agresif.” Di antara negara-negara ini adalah Cina, India, Korea Utara, Myanmar, Vietnam dan Kyrgyzstan.
Catatan positif dari laporan itu, adanya tingkat kebebasan beragama yang lebih baik bagi minoritas di Suriah dan Irak setelah kekalahan ISIS

Sumber: https://indonesia.ucanews.com/2018/11/28/hampir-300-juta-orang-kristen-dianiaya-di-seluruh-dunia/



Susunan Dewan Paroki Patoral 
Periode 2018-2021

Ketua Umum             
Pastor Paroki St. Yosef
Wakil Ketua I            
Daniel Djarot Subiyantoro
Wakil Ketua II          
FX. Teguh Santoso
Sekretaris I               
Monica Mey Dani
Sekretaris II              
Anna Yuliana Burirain
Bendahara I              
Sr. Lidwina Sinaga, KYM
Bendahara II             
Marcel Tandika
Anggota
Maximianus Sumardi
FX. Prayitno
Tadeus Sarno
MA. Sri Haryani
Saleh Abraham
Rm. Alexander Ardhi Yoga, Pr

Ketua Wilayah Paroki Pusat
Wilayah Sebanga I             
Heri Sukemi
Wilayah Sebanga II             
Palkius Simamora
Wilayah Simpang Padang  
Yohanes Joko S
Wilayah Vincentius          
Mesir Karo-Karo

Misa Pertama di Gereja yang Telah Terkubur Selama 204 tahun

Mei 25, 2018

Uskup Legazpi Mgr Joel Baylon merayakan Ekaristi di gereja Budiao pada 11 Mei. (Foto: Rhaydz Barcia)
Larger | Smaller
Di bawah pohon-pohon lebat yang berusia beberapa abad, Uskup Joel Baylon dari Legazpi memimpin perayaan Ekaristi di reruntuhan gereja Budiao, di kota Daraga, pada 11 Mei.
Ini adalah pertama kalinya dalam 204 tahun Misa dirayakan di sana.
Reruntuhan gereja yang baru-baru ini ditemukan, setelah terkubur oleh abu selama letusan dahsyat gunung berapi Gunung Mayon di dekatnya  tahun 1814.
Perayaan itu mempertemukan orang-orang dari semua lapisan masyarakat dan keturunan dari penduduk awal, mengenang gereja pada berabad-berabad itu, yang merupakan pusat kehidupan masyarakat sebelum tragedi yang menewaskan lebih dari seribu orang.
Dalam kotbahnya, Uskup Baylon menekankan perlunya memahami “kisah masa lalu.” Dia mengatakan ada upaya sebelumnya untuk menggali gereja tersebut, tetapi keuskupan tidak mengizinkannya.
“Kami akhirnya mengizinkan penggalian … bagi kami penting untuk mengetahui sejarah gereja dan bagaimana gereja itu dibangun oleh biarawan Fransiskan,” kata prelatus itu.
Selama pemerintahan Spanyol, dan sebelum letusan 1814, desa Budiao konon merupakan tempat sumber air panas dan adu Banteng.
Desa itu terletak 20 kilometer dari gereja lain yang terkubur di desa Cagsawa.
Jalan berlumpur antara dua desa melintasi enam saluran sungai yang penuh dengan puing-puing gunung berapi yang jatuh dari lereng gunung berapi itu selama ledakan-ledakan di masa lalu.
Dinding gereja di Budiao berdiri sebagai saksi bisu atas kemarahan alam di tahun-tahun sebelumnya.
Tujuan penggalian, yang dipimpin oleh arkeolog dari University of the Philippines, adalah  melihat ke dalam bagunan, mempelajari ruang batu, bahan bangunan, dan teknik bangunan, serta  mempelajari lebih lanjut tentang perabotannya dan perlengkapan.
Lee Anthony Neri, direktur situs penggalian, mengatakan timnya belum menemukan bahan berharga karena mereka belum mencapai lantai bagunan, termasuk altar.
Dia mengatakan umat Katolik di sekitar desa itu akan menjadi penerima manfaat dari penelitian ini karena gereja adalah “warisan iman.”
Para peneliti sejauh ini telah menggali dan menemukan batu gamping yang digunakan untuk bangunan, kerang, dan batu vulkanik yang diyakini telah digunakan dalam pembangunan gereja.
Kerang laut termasuk di antara bahan baku yang digunakan untuk perekat dalam penyemenan yang digunakan dalam konstruksi. Cangkang kerang mungkin telah dipanaskan dan dihancurkan halus sebelum ditambahkan ke dalam campuran.
Tingkat kerusakan gereja masih belum diketahui, meskipun dinding utara, timur, dan barat tetap utuh.
Berdasarkan catatan sejarah, misionaris Fransiskan pertama tiba di Manila pada 24 Juni 1577, dan tinggal bersama Agustin di kota Walled di Intramuros.
Dari tahun 1578 dan seterusnya, para biarawan diberangkatkan ke daerah Bicol, ke Budiao dan Cagsawa, untuk menginjili orang-orang lokal dan membangun tempat-tempat ibadah.
Kapel dan gereja awal terbuat dari daun lontar dan bambu yang kemudian digantikan oleh kayu, batu bata, batu kapur, dan batu kerikil.
Gereja di Budiao adalah bekas Visita, atau kapel desa, di dekat Cagsawa sebelum dipisahkan pada 29 November 1786 di bawah perlindungan AsunciĆ³n de la Nuestra Senora tertentu.
Selama letusan 1814, gereja batu Budiao terkubur dan desa ditinggalkan. Menurut cerita hanya pastor paroki yang selamat karena berpegangan pada pohon kelapa.
Sebuah cacatan dari seorang biarawan, Francisco Aragoneses, mengatakan “sungai api, asap tebal dan abu” menutupi desa sementara orang-orang tergoncang oleh gempa bumi yang ganas.
Sang biarawan menulis bahwa pada 1 Februari 1814, sekitar pukul delapan pagi, Gunung Mayon mulai memuntahkan  batu karang, pasir, dan abu yang diikuti oleh “sungai api besar”.
Letusan 1814 adalah salah satu dari dua letusan Gunung Mayon terbesar dalam sejarah. Itu terdengar jauh sampai provinsi Samar di Filipina tengah, begitulah ceritanya.
Abu dan puing-puing dari letusan mengubur desa di sekitar Budiao dan Cagsawa, di mana sekitar 1.200 orang yang berlindung di dalam gereja terkubur hidup-hidup.
Sementara gereja Budiao benar-benar terkubur, fasad, menara lonceng, dan atapnya hancur, menara gereja Cagsawa selamat dan telah menjadi landmark provinsi Albay.
Sumber: http://indonesia.ucanews.com