Selamat Datang di Gereja Paroki St Yosef Duri . . . . . Welcome to St Yosef Parish Church Duri - INDONESIA
Selamat Datang dan Terima kasih telah mengunjungi situs Gereja Katolik Paroki St.Yosef - Duri, Riau Indonesia. Menjadi Gereja yang Mandiri dan Berbuah, itulah Visi dan Misi Gereja Paroki St Yosef Duri, oleh karena itu peran serta aktif umat dalam pewartaan adalah sesuatu yang sangat diperlukan, untuk itu apabila Saudara-Saudari berminat untuk menyumbangkan pikiran, tenaga, ketrampilan, pengetahuan, dana, waktu dan bantuan apapun termasuk komentar dan usulan, silahkan hubungi kami di: gerejaparokistyosef@gmail.com.

Imam di Papua geram ketika pemerintah bantah sawit merusak lingkungan

31/03/2017

Foto ini diambil di Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, menunjukkan sebuah perusahaan sawit dalam konsesi perusahaan Karya Makmur Abadi yang dianggap aktivis lingkungan hidup telah menyebabkan kerusakan hutan tropis Indonesia. (Bay Ismoyo/AFP)
Pemerintah Indonesia menyangkal tuduhan Eropa bahwa perluasan perkebunan sawit telah merusak lingkungan dan menyebabkan konflik sosial. Penyangkalan tersebut membuat Pastor Anselmus Amo dari Keuskupan Merauke, Papua, bereaksi keras.
Baru-baru ini Komite Lingkungan Parlemen Eropa mengungkapkan bahwa industry sawit menjadi ancaman serius bagi lingkungan hidup di beberapa negara termasuk Indonesia dan Malaysia.
Dubes Indonesia untuk Belgia Luxembourg dan Uni Eropa, Yuri O. Thamrin pada 25 Maret mengatakan bahwa tersebut merupakan sebuah kekeliruan karena perkebunan sawit bukan penyebab utama kerusakan lingkungan.
Sedangkan Yanto Santosa -seorang pakar kehutana dan dosen di Institut Pertanian Bogor, juga setuju bahwa perkebunan sawit bukan merupakan penyebab utama kerusakan lingkungan. “Voting yang dilakukan Parlemen Eropa bahwa sawit telah merusak hutan tidak benar,” katanya.
“Banyak kebun sawit di Indonesia bukan hasil konversi hutan tapi lahan warga dan belukar,” kata Yanto seperti dilansir  Berita Satu.
Indonesia merupakan negara produksi minyak sawit terbesar dunia, mencapai 31,10 juta ton per tahun dan direncanakan untuk meningkatkan produksi minyak sawit mentah (CPO) menjadi 33 million ton.
Pastor Anselmus Amo, Ketua Komisi JPIC Keuskupan Agung Merauke mengatakan bahwa perkebunan sawit telah merusak lingkungan, merusak hutan dan menyebabkan konflik.
“Kehadiran perusahaan sawit telah menyebabkan konflik antara warga setempat dengan perusahaan, antara sesawa warga, dan antara pekerja dengan perusahaan,” kata Pastor Amo kepada ucanews.com.
“Perkebunan sawit juga telah menurunkan pendapatan warga suku yang tergantung pada hutan dan tanah mereka,” kata imam itu.
Sejak tahun 2008, Gereja Katolik secara khusu di Keuskupan Agung Merauke, melakukan advokasi bagi orang-orang yang terkena dampaknya untuk menghindari kekerasan dan juga berdialog dengan pemerintah setempat untuk mengurangi dampak buruk ekspansi perkebunan sawit.
“Gereja juga meminta kepada pihak perusahaan untuk berlaku adil dan tidak menyebabkan warga marah, serta memperhatikan lingkungan,” kata Pastor Amo.
Dalam sebuah pernyataan Inda Fatinaware, direktur eksekutif Sawit Watch, mengatakan bahwa kekerasan seringkali terjadi berkaitan dengan perkebunan sawit.
Misalnya konflik terjadi ketika perusahaan sawit masuk hutan dan mulai menyingkirkan warga Suku Anak Dalam di Jambi dan komunitas lain di Kota Waringin, Kalimantan.
“Pencaplokan tanah, perusakan hutan, intimidasi, serta kriminalisasi terhadap warga lokal sangat sering terjadi dalam sektor ini,” kata Inda.
Albert Willy, seorang petani suku Dayak di Kalimantan Tengah mengatakan bahwa sejak perkebunan hadir di tempatnya, kehidupan warga berubah total.
“Hutan lindung di daerah kami sudah punah karena semuanya sudah dikonversi menjadi kebun sawit,” kata Albert.
“Kami tidak pernah diajak berdikusi dan beberapa perusahaan bahkan tidak memiliki ijin,” katanya.
Sumber: Ucanews

No comments:

Post a Comment