Selamat Datang di Gereja Paroki St Yosef Duri . . . . . Welcome to St Yosef Parish Church Duri - INDONESIA
Selamat Datang dan Terima kasih telah mengunjungi situs Gereja Katolik Paroki St.Yosef - Duri, Riau Indonesia. Menjadi Gereja yang Mandiri dan Berbuah, itulah Visi dan Misi Gereja Paroki St Yosef Duri, oleh karena itu peran serta aktif umat dalam pewartaan adalah sesuatu yang sangat diperlukan, untuk itu apabila Saudara-Saudari berminat untuk menyumbangkan pikiran, tenaga, ketrampilan, pengetahuan, dana, waktu dan bantuan apapun termasuk komentar dan usulan, silahkan hubungi kami di: gerejaparokistyosef@gmail.com.

Berita International

Sebuah kelompok Katolik di Mindanao raih penghargaan perdamaian


Sebuah kelompok Katolik di Mindanao raih penghargaan perdamaian thumbnail 28/06/2013

Sebuah kelompok Katolik yang melakukan gerakan perdamaian antaragama di Mindanao, Filipina Selatan telah meraih penghargaan bergengsi dari Goi Peace Award, sebuah penghargaan dari Jepang, yang sebelumnya diberikan kepada pendiri Microsoft Bill Gates dan mantan presiden Kosta Rika.
Kelompok Silsilah Dialog Movement didirikan oleh Pastor Sebastiano D’Ambra, seorang misionaris Italia,  di Zamboanga City. Kelompok ini telah memberikan pelatihan dan mendirikan proyek-proyek lain untuk mempromosikan perdamaian antara Kristen dan Muslim di Mindanao yang dilanda konflik sejak tahun 1984.
“Upaya yang dilakukan para anggota organisasi itu tidak hanya memajukan  proses perdamaian sejati dalam komunitas-komunitas mereka, tapi telah menginspirasi banyak orang di seluruh dunia dengan contoh dialog sejati berdasarkan spiritualitas,” kata badan pemberian penghargaan itu dalam pernyataan.
Pastor D’Ambra mengatakan penghargaan ini adalah sebuah “pengakuan” bagi upaya bersama kelompok itu untuk membantu mengakhiri konflik di Pulau Mindanao, yang melibatkan para pemberontak Islam dan komunis selama 30 tahun terakhir.
Dimulai dengan sekelompok teman-teman Muslim dan Kristen, Pastor D’Ambra telah melihat gerakan itu terus bertumbuh dalam membangun perdamaian dan berbagai kegiatan dialognya. Kelompok itu juga terlibat dalam pertanian berkelanjutan, advokasi lingkungan dan kesehatan holistik.
Silsilah adalah kata bahasa Arab yang berarti ‘rantai’, yang memiliki makna spiritual tentang “hubungan antarsesama manusia yang diciptakan oleh Tuhan yang sama,” kata Pastor D’Ambra.
Kelompok itu akan menerima penghargaan pada sebuah acara khusus yang akan diadakan oleh  Goi Peace Foundation Forum di Tokyo pada November tahun ini.

Berita Nasional

Pemda di Papua sumbang 10 mobil untuk pelayanan Gereja


Pemda di Papua sumbang 10 mobil untuk pelayanan Gereja thumbnail 27/06/2013
Ilustrasi

Dalam rangka peringatan hari ulang tahun yang ke-5 Kabupaten Mamberamo Tengah (Mamteng), Bupati Ham Pagawak, melaksanakan ibadah syukur bersama masyarakat di Distrik Kelila, Provinsi Papua, belum lama ini.
Pada acara tersebut, Bupati menyerahan 10 mobil operasional kepada 10 klasis Gereja yang ada di wilayah Mamteng sebagai perpuluhan bupati dan wakil bupati.
Ham mengatakan segala kemajuan kabupaten Mamteng selama 5 tahun berdiri tidak lepas dari kontribusi hamba-hamba Tuhan.
“Segala jerih payah hamba Tuhan yang diberikan kepada kita sudah dinikmati untuk mendorong berdirinya kabupaten ini,” ujar Ham, seperti dilansir Jawaban.com.
Karena itu, sebagai ungkapan syukur dan janji kepada Tuhan sebagai kader Gereja, ia dan wakil bupati menyerahkan perpuluhan atas nama pemerintah Mamteng untuk dipergunakan dalam pelayanan Gereja.
Ham mengaku, kabupaten yang dipimpinnya memang membutuhkan kerjasama dengan pihak lain termasuk dengan pihak Gereja.
“Menurut kami pemerintahan bisa berjalan kalau ada masukan atau kerjasama yang baik oleh Gereja,” tambah Ham.

Nasional

MUI: Haram masuk sekolah non Muslim


MUI: Haram masuk sekolah non Muslim thumbnail 13/06/2013
Ilustrasi

Menjelang musim penerimaan siswa baru sekoah-sekolah dasar dan menengah, Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Tegal mengeluarkan fatwa tegas yang mengharamkan orang tua atau keluarga Muslim mendaftarkan anaknya di sekolah-sekolah yang dikelola yayasan non-Muslim.
“Dalam Musda MUI Kota Tegal yang berlangsung akhir April 2013 tersebut, kita memang mengeluarkan fatwa seperti itu,” jelas Ketua MUI Kota Tegal Harun Abdi Manaf, Selasa (11/6).
Harun menyebutkan, keluarnya fatwa tersebut bukannya tanpa alasan. Tapi dilandasi keprihatinan atas perkembangan dunia pendidikan di Kota Tegal dan upaya menyelamatkan anak-anak dari keluarga Muslim.
Dia menyebutkan, keluarnya fatwa tersebut dilatarbelakangai beberapa kejadian yang menimpa dunia pendidikan di Kota Tegal. Antara lain, adanya penolakan dari sekolah non-Muslim untuk menerima guru Muslim mengajar di sekolah itu.
Peristiwa penolakan guru Muslim dilakukan sekolah milik yayasan non-Muslim cukup ternama, pada awal 2013. Kasus tersebut, menurut Harun, sebenarnya sudah dilaporkan MUI ke Kantor Kementerian Agama Kota Tegal, bahkan juga dilaporkan ke Kementerian Agama Pusat.
Untuk itu, pihak Kantor Kementerian Agama Kota Tegal sudah memberikan beberapa kali teguran ke sekolah bersangkutan. “Namun teguran-teguran tersebut, tetap diabaikan pihak sekolah,” katanya.
Bukan hanya persoalan itu yang memaksa MUI akhirnya mengambil sikap tegas. Dalam pertemuan dengan Komisi I DPRD Kota Tegal di mana Harun juga duduk sebagai Wakil Ketua Komisi I, pihak sekolah non-Muslim tersebut juga tidak mau memberikan pelajaran agama sesuai dengan keyakinan agama siswanya.
“Seluruh siswa di sekolah non-Muslim itu, hanya mendapat pelajaran agama yang menjadi dasar keyakinan sekolah tersebut. Bahkan semua pelajar non-Muslim yang sekolah di sekolah tersebut, diwajibkan untuk mengikuti kegiatan-kegiatan agama yang diselenggarakan sekolah tersebut,” katanya menjelaskan.
Bahkan ketika Komisi I dan Kantor Kementerian Agama mendesak agar sekolah tersebut menyediakan pendidikan agama sesuai keyakinan masing-masing siswa yang di sekolah non-Muslim, pihak sekolah tetap menolak melakukannya.
Alasannya, ada surat dari Yayasan yang menyatakan seluruh siswa di sekolah non-Muslim tersebut hanya akan diberikan pelajaran agama yang menjadi dasar pendirian sekolah. Dengan demikian, semua keluarga Muslim yang menyekolahkan anaknya ke sekolah tersebut, dianggap sudah memahami ketentuan ini.
Harun menyebutkan, MUI Kota Tegal sudah mengingatkan ketentuan tersebut menyalahi ketentuan yang sudah digariskan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengenai penyelenggaraan pendidikan di sekolah-sekolah.
Dalam salah satu ketentuannya, penyelenggara sekolah wajib menyediakan atau memberikan pendidikan agama sesuai dengan keyakinan agama masing-masing siswa. Ketentuan ini, juga sudah diterapkan sekolah-sekolah Muslim di Kota Tegal, seperti sekolah-sekolah milik yayasan pendidikan Muhammadiyah.
Di sekolah itu, siswa yang non-Muslim diberikan pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya.  “Meski pun sudah diingatkan mengenai ketentuan itu, pihak sekolah non-Muslim ternyata tetap mengabaikan,” tuturnya.
Berdasarkan kondisi itulah, MUI Kota Tegal akhirnya mengeluarkan fatwa yang melarang anak-anak dari keluarga Muslim untuk menyekolahkan anaknya di sekolah-sekolah milik yayasan non-Muslim.
“Dengan demikian, keluarnya fatwa MUI bukan karena kita tidak bisa bersikap toleran. Tapi memang ada latar belakangnya,” kata Harun menjelaskan.
Di Kota Tegal, ada beberapa sekolah yang dikelola yayasan pendidikan non-Muslim. Bahkan ada salah satu yayasan non-Muslim yang mengelola sekolah mulai dari tingkat TK hingga SMA.
Sumber: http://indonesia.ucanews.com (republika.co.i)

International

Gereja Katolik di Arab seharga 5 juta dolar akan diresmikan

Gereja Katolik di Arab seharga 5 juta dolar akan diresmikan thumbnail 19/06/2013

Perwakilan Vatikan, Fernando Kardinal Filoni akan meresmikan gereja Katolik yang baru dibangun di Ras Al Khaimah, Uni Emirat Arab, pada Jumat ( 21/6).
Kardinal Filoni, Prefek Kongregasi Evangelisasi, akan segera memberkati Gereja St. Anthonius Padua yang berukuran 5.000 meter persegi di distrik Al Jazira Al Hamra yang terletak sekitar 25 kilometer dari kota itu.
Peresmian itu juga akan dihadiri oleh sejumlah pemimpin Gereja Katolik lain seperti Uskup Agung Peter Rajic, Duta Vatikan dari Jaziarah Arab dan Uskup Paul Hinder, Vikaris Apostolik Arab bagian Selatan.
“Ini adalah kemajuan yang luar biasa,” kata Pastor Galdoft Josef, 73, sekretaris Uskup Paul Hinder, yang berbasis di Abu Dhabi.
“Ras Al Khaimah, kata imam itu, berkembang sangat pesat khususnya di bidang industri dan pariwisata serta para pekerja migran.”
“Kami berterima kasih kepada pihak pemerintah yang telah mengizinkan dan menyediakan lahan bagi kami untuk mendirikan gereja tersebut.”
Ia melaporkan ada sekitar 6.000 umat Katolik yang ada di Ras Al Khalimah.
Di Uni Emirat Arab, katanya, ada sekitar 700.000 umat Katolik, yang pergi ke 10 gereja dan mereka dilayani oleh 40 imam yang bisa berbicara dalam belasan bahasa.
“Gereja sangat hidup di sini, di Afrika dan tentu saja di Asia. Semua anggota kami adalah pekerja migran. Selain Filipina, India dan Arab, kami juga memiliki banyak umat Katolik Korea. Misa-misa di gereja-gereja yang kecil sekalipun di sini juga penuh, sementara di Eropa, katedral besar dan indah hampir kosong karena tidak ada umat,” kata Pastor Galdolf.
Gereja itu memiliki 1.200 kursi dan bisa menampung hingga 1.500 umat. Dua jalan utama menghubungkan gereja baru itu ke  Umm Al Qwain, Ajman dan Sharjah.
Kapel yang ada di distrik Al Nakheel RAK digunakan oleh 500 umat paroki, kadang-kadang melayani lebih dari 10 kali.

Berita Internasional

Saluran TV Katolik akan meluncurkan berita malam dari Washington DC

 07/06/2013
Saluran TV Katolik akan meluncurkan berita malam dari Washington DC thumbnail

The Eternal Word Television Network (EWTN) akan menjadi salah satu operasi penyiaran agama terbesar di dunia, yang segera hadir di Washington pada musim panas ini dengan memulai siaran berita malam setiap hari.
Siaran langsung setengah jam, yang dijadwalkan akan mulai bulan depan, merupakan langkah besar bagi perusahaan siaran Katolik, yang dilakukan melalui renungan, talkshow, Misa dan program pendidikan agama termasuk Ekaristi atau Orang Kudus.
Dengan menanam saham di Washington – dengan berkantor di dekat Capitol Hill – EWTN berharap akan meningkatkan performanya terkait isu-isu agama menyatu dengan isu-isu publik: aborsi, kontrasepsi, penelitian sel induk, imigrasi, hukuman mati, terorisme dan penindasan orang Kristen di luar negeri .
“Ini adalah pilihan yang dilakukan di antara berbagai hal,” kata Michael P. Warsawa, presiden  dan kepala eksekutif EWTN. “Kami berharap kehadiran EWTN berdampak pada para pembuat kebijakan.”
Pakar  media itu mengatakan EWTN akan mengisi kekosongan, karena tidak ada program TV berita harian lainnya yang melayani sekitar 75 juta umat Katolik di Amerika Serikat.
“EWTN memiliki banyak orang yang akan terlibat, dan mereka memiliki tugas yang berbeda,” kata John L. Allen Jr, otoritas Vatikan dan koresponden senior untuk National Catholic Reporter.
Jaringan ini hampir seluruhnya didanai oleh sumbangan dari para audiens yang berkomitmen dan dalam beberapa tahun terakhir EWTN telah membeli sebuah surat kabar Katolik dan terakhir menambah stasiun radio.
Sasaran audiens untuk siaran tersebut, kata Warsawa, adalah umat Katolik yang melihat media sekuler turun drastis dalam mempublikasikan pandangan Gereja tentang politik, hubungan internasional, isu-isu sosial dan konflik di dalam Gereja.
Tapi, Warsawa mengatakan tujuan dari program ini, yang akan menampilkan wawancara dengan para pemimpin politik, Gereja dan budaya, juga akan menarik “siapa pun dalam kerangka moral dan etika terkait pembahasan isu-isu aktual.”
Siaran berita bebas dari komersial ini, yang dijadwalkan mulai 29 Juli, akan meniru gaya berita di CBS, NBC dan ABC. Berita-berita akan disaring melalui “lensa Katolik.”
Pembawa acara EWTN Nightly News adalah Colleen Carroll Campbell, seorang jurnalis berusia 38 tahun dan menulis pidato Presiden George W. Bush dan awal tahun ini ia melaporkan langsung untuk televisi EWTN tentang Konklaf dari Vatikan.
Campbell mengatakan ia berharap mewakili perspektif wanita yang sering “berkomitmen dengan iman mereka dan tidak melihatnya sebagai hambatan untuk menjadi vokal di depan publik.”
Dia menambahkan, “terlalu sering ada karikatur wanita Katolik sebagai sekelompok domba.”
Ia mengatakan upaya akan dilakukan untuk menunjukkan pemirsa bagaimana iman Katolik mereka dapat menghubungkan mereka dengan isu-isu seperti berbagai konflik di luar negeri, kemiskinan dan gesekan budaya.

Berita Nasional

283 pasangan Katolik dan Protestan ikut nikah massal
 05/06/2013

Sebanyak 283 pasangan suami-istri (Pasutri) di kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), mengikuti kegiatan pernikahan massal yang diselenggarakan Pemerintah Kota Kupang.
Dari 283 pasangan yang mengikuti kegiatan nikah massal tersebut,  188 pasangan beragama Protestan dan 95 pasangan beragama Katolik.
Kegiatan nikah massal ini berlangsung di gereja Protestan dan gereja Katolik yang ada di Kota Kupang selama tiga hari sejak Senin (3/6) hingga Rabu (5/6).
Wakil Wali Kota Kupang, dr Herman Man, dalam acara pernikahan massal hari pertama di Gereja Bethel Indonesia (GBI) Anak Dara, Kelurahan Oebufu, mengatakan, nikah masal itu akan berlangsung selama tiga hari.
“Kami berharap para mempelai bisa mewujudkan keluarga yang bahagia dan berkualitas melalui optimalisasi setiap potensi yang ada di wilayah Kota Kupang,” katanya.
Hal tersebut, katanya, bisa meningkatkan taraf hidup keluarga demi terciptanya ketahanan keluarga yang ideal, memelihara toleransi, saling menghargai dan menghormati yang dimulai dari dalam keluarga.
“Pasutri bisa mempertahankan ikrar dan janji yang telah diucapkan di hadapan Tuhan, jemaat maupun pemerintah sehingga mewujudkan rumah tangga yang langgeng serta harmonis,” tambah dia.
Menurutnya, ada tiga hal yang ingin dicapai dari program nikah massal, pertama, pemerintah ingin mewacanakan konsep hidup sederhana, efisien, tetapi berkualitas. Sehingga, konsep perkawinan tidak harus dengan biaya tinggi, pesta pora dan seremonial yang meriah sehingga menyita banyak waktu, pikiran dan tenaga serta biaya.
Kedua, katanya, regenerasi berawal dari keluarga atau rumah tangga. Sehingga, proses pembentukkan keluarga sangat menentukan reformasi keluarga tersebut.
Ketiga, kehidupan masyarakat yang serasi, selaras, seimbang adalah modal sosial yang berharga bagi proses pembangunan daerah.
Sementara itu, ketua panitia kegiatan Agus Ririmase mengatakan, nikah massal bertujuan membantu masyarakat atau keluarga yang sudah hidup bersama sebagai suami-istri, namun belum menikah sah menurut hukum masing-masing agama dan pemerintah sehingga perlu mendapat bantuan untuk keluarga yang tidak mampu.

“Kegiatan nikah massal ini sudah dilakukan sejak tahun 2003. Sampai dengan tahun 2012 sudah mencapai 3.565 pasutri,” kata dia.