Selamat Datang di Gereja Paroki St Yosef Duri . . . . . Welcome to St Yosef Parish Church Duri - INDONESIA
Selamat Datang dan Terima kasih telah mengunjungi situs Gereja Katolik Paroki St.Yosef - Duri, Riau Indonesia. Menjadi Gereja yang Mandiri dan Berbuah, itulah Visi dan Misi Gereja Paroki St Yosef Duri, oleh karena itu peran serta aktif umat dalam pewartaan adalah sesuatu yang sangat diperlukan, untuk itu apabila Saudara-Saudari berminat untuk menyumbangkan pikiran, tenaga, ketrampilan, pengetahuan, dana, waktu dan bantuan apapun termasuk komentar dan usulan, silahkan hubungi kami di: gerejaparokistyosef@gmail.com.

KWI dan PGI: Kaderisasi kepemimpinan diserahkan kepada organisasi awam


KWI dan PGI: Kaderisasi kepemimpinan diserahkan kepada organisasi awam thumbnail 03/09/2013
Para pembicara dalam seminar yang diadakan di Graha Bethel, Jakarta.

Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) dan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) mengakui pihaknya tidak melakukan kaderisasi kepemimpinan, tapi hal itu diserahkan kepada organisasi-organisasi awam Gereja.
“Di PGI tak ada pendidikan kader kepemimpinan karena ada organisasi-organisasi yang melakukan pengkaderan kepemimpinan,” kata Ketua Umum PGI Pendeta Andreas A. Yewangoe, kemarin (2/9), dalam sebuah seminar.
Ia mengatakan kaderisasi diserahkan kepada organisasi-organisasi seperti Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI), Persatuan Intelegensia Kristen Indonesia (PIKI), dan organisasi-organisasi Gereja lain.
Menurut Pendeta Yewangoe, kaderisasi untuk menghasilkan seorang pemimpin yang baik membutuhkan proses, bukan instan.
Ia mengatakan kepemimpinan dalam Gereja bukan demokrasi, tapi Kristokrasi (kekuasaan yang berpusat pada Kristus). Kristus dan ajarannya dijadikan referensi.
Senada juga diungkapkan oleh Romo Eddy Purwanto, sekretaris eksekutif Konferensi Waligereja Indonesia (KWI). “Dalam Gereja Katolik kaderisasi kepemimpinan dilakukan organisasi-organisasi awam dan menyerahkan sepenuhnya kepada mereka.”
Organisasi-organisasi Katolik tersebut, kata Romo Eddy, seperti WKRI, Pemuda Katolik, ISKA, Forum Masyarakat Katolik Indonesia, PMKRI.
Ia juga mencontohkan dalam Gereja Katolik pengkaderan yang terkenal hingga kini dilakukan oleh Romo Yopie Beek SJ, yang dikenal dengan Kasabul (Kaderisasi Sebulan), namun itu adalah prakarsa dan karisma pribadinya, bukan Gereja Katolik. Karisma seperti Romo Beek ini tak bisa diduplikasi. Ada yang telah mencoba gaya kaderisasinya tapi gagal.
Romo Eddy mengatakan kalau orang muda ingin menjadi pemimpin tidak hanya bergerak di dalam Gereja, tapi juga dengan komunitas-kominitas lain sekaligus bagaimana belajar menghadapi tantangan.    
Ketua Umum Persekutuan Gereja-gereja dan Lembaga-lembaga Injili Indonesia (PGLII) Pendeta Nus Reimas mengatakan di Gerejanya tidak ada pendidikan untuk kader kepemimpinan.
Menurutnya, menjadi seorang pemimpin harus dipersiapkan dan dibentuk, dan pemimpin  itu adalah sebuah panggilan.
Pendeta Nus menyoroti karakter sebagian besar jemaat Gereja di Indonesia yang masih patrenalistik dengan terpaku pada Pendeta Jemaat. “Itulah budaya sebagian besar jemaat Gereja kita yang masih terpaku dengan pendeta sebagai pemimpin. Hal ini dapat menyebabkan jemaat tidak dapat berkembang untuk mengungkapkan kreatifitasnya.
Seminar tersebut, mengambil tema ‘Regenerasi Kepemimpinan Gereja’, diadakan oleh Forum Umat Kristiani Indonesia (FUKRI) di Graha Bethel Indonesia, Jakarta Pusat, yang dihadiri sekitar 200 peserta dari berbagai denominasi Gereja.
“Gereja sangat lamban dalam melakukan pengkaderan maka kami dari berbagai lembaga aras Gereja membentu FUKRI,” kata Pendeta Gomar Gultom, Sekum PGI, salah satu insiator pembentukan forum itu.
 FUKRI adalah sebuah forum yang dibentuk oleh lembaga-lembaga aras Gereja: KWI, PGI, PGLII, Gereja Adven, Gereja Pantekosta di Indonesia (GPdI)

Sumber: Uncannews http://indonesia.ucanews.com

No comments:

Post a Comment