Gereja kirim bantuan kepada korban
banjir di Mentawai
12/04/2013
Ribuan warga
terkena banjir di Kepulauan Mentawai mendapatkan beras, pakaian, selimut, air
bersih dan peralatan masak. Barang-barang bantuan itu dikirim oleh keuskupan
Padang di Sumatera Barat kemarin.
Hujan lebat pekan
lalu menyebabkan sungai-sungai meluap, menggenangi lebih dari 1.000 rumah di
empat kecamatan dan memaksa sekitar 7.000 orang meninggalkan rumah-rumah
mereka.
Sejumlah korban
menyelamatkan diri dengan naik ke atap rumah mereka, kata seorang warga desa
Besman Salelubaja.
Kini sebagian
besar korban tinggal di tempat penampungan sementara.
“Selama dua hari
kami tidak bisa memasak dan menunggu bantuan dari luar. Peralatan memasak kami
terbawa oleh banjir,” kata Bruno Sagari dari desa Muntei, di kecamatan
Siberut Selatan.
Pastor Alexius
Sudarmanto, ketua Komisi Pengembangan Sosial Ekonomi dan Karitas Keuskupan
Padang, mengatakan komisi keuskupan itu mengirim bahan-bahan bantuan ke Gereja
Maria Diangkat ke Surga di Siberut, stasi terdekat dengan para korban
banjir.
Kondisi medan
yang sulit membuat timnya mengalami kendala untuk mengangkut dan
mendistribusikan bahan-bahan bantuan tersebut, katanya.
Menurut Khalid
Syaifullah, direktur eksekutif Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Sumatera
Barat, banjir di Kepulauan Mentawai adalah akibat penebangan hutan secara masif
dari beroperasinya Hak Pengusahaan Hutan (HPH) dan Izin Pemanfaatan Kayu
(IPK).
“Penebangan hutan
telah menyebabkan kerusakan tanah, yang akhirnya menimbulkan sedimentasi dari
Sungai Sikabaluan,” katanya. Akibat sedimentasi tersebut menyebabkan
sungai meluap.
“Kami telah
mengeluarkan rekomendasi kepada pemerintah daerah untuk menghentikan pemberian
izin untuk mengeksploitasi hutan di Sumatera Barat, tapi tidak ada tindakan
konkret yang dilakukan,” kata Syaifullah.
Ia menambahkan, “Kami akan kembali
menekan pemerintah daerah untuk menghentikan pemberian izin operasi untuk
perkebunan.”
No comments:
Post a Comment