Selamat Datang dan Terima kasih telah mengunjungi situs Gereja Katolik Paroki St.Yosef - Duri, Riau Indonesia.
Menjadi Gereja yang Mandiri dan Berbuah, itulah Visi dan Misi Gereja Paroki St Yosef Duri, oleh karena itu peran serta aktif umat dalam pewartaan adalah sesuatu yang sangat diperlukan, untuk itu apabila Saudara-Saudari berminat untuk menyumbangkan pikiran, tenaga, ketrampilan, pengetahuan, dana, waktu dan bantuan apapun termasuk komentar dan usulan, silahkan hubungi kami di: gerejaparokistyosef@gmail.com.
Homili Paus Fransiskus pada hari Minggu Palma, 24 Maret 201
Gembira
Yesus memasuki Yerusalem. Pengikutnya berbondong – bondong menyertai Dia dalam suasana pesta, mereka menghamparkan pakaiannya di depan Dia, mereka membicarakan mukjizat – mukjizat yang telah dilakukan Yesus, dan terdengar seruan pujian : “Diberkatilah Dia yang datang sebagai Raja dalam nama Tuhan, damai sejahtera di sorga dan kemuliaan di tempat yang mahatinggi!” (Luk 19:38)
Orang banyak berpesta, memuji, memberkati, kedamaian: kegembiraan mengisi atmosfer. Yesus telah membangkitkan harapan yang begitu besar, terutama di hati orang yang sederhana, yang rendah hati, yang miskin, yang terlupakan, mereka yang tidak berharga di mata dunia. Dia memahami penderitaan manusia, Dia telah menunjukkan wajah Allah yang murah hati, Dia telah membungkuk untuk menyembuhkan jiwa dan raga.
Inilah Yesus. Inilah hatinya yang memandang kita semua, yang melihat kesakitan kita, dosa – dosa kita. Kasih Yesus sangatlah besar. Dan kemudian Dia masuk ke dalam Yerusalem dengan kasih ini dan memandang kita semua. Ini merupakan adegan yang sangat indah, penuh cahaya – cahaya dari kasih Yesus, dari hatinya- kegembiraan dan pesta.
Di awal Misa, kita mengulangi ini semua. Kita melambaikan daun Palma. Kita juga menyambut Yesus; kita juga menunjukkan kegembiraan kita dalam mendampingi Yesus, mengetahui Ia ada di dekat kita, hadir dalam kita dan di antara kita sebagai teman, saudara, dan juga Raja: ini adalah cahaya penunjuk jalan hidup kita. Yesua adalah Allah tetapi Dia merendahkan diri-Nya untuk berjalan bersama kita. Dia adalah sahabat dan saudara kita. Dia menerangi kita sepanjang perjalanan. Dan karenanya hari ini kita menyambut Dia.
Kata pertama yang ingin saya bagikan kepada kalian adalah : Gembira ! Jangan menjadi pria dan wanita yang bersedih: seorang Kristen tidak akan pernah bersedih! Jangan pernah memberi jalan kepada keputusasaan! Kegembiraan kita tidak berasal dari kepemilikan harta benda, tetapi datang dari pertemuan kita dengan sebuah Pribadi, Yesus, yang ada di antara kita. Kita bergembira karena kita tahu bahwa bersama dia, kita tidak pernah sendiri, bahkan di saat sulit, bahkan saat perjalanan hidup kita penuh dengan masalah dan rintangan yang nampaknya tidak dapat dilalui, dan banyak sekali kejadian seperti ini. Ini adalah saat di mana musuh kita si Jahat datang, seringkali menyamar sebagai malaikat, datang dan meracuni kita perlahan – lahan dengan perkataannya. Jangan pernah mendengarkan perkataannya! Ikuti Yesus! Kita mendampingi, kita mengikuti Yesus, tetapi di atas itu semua kita tahu bahwa Dia menyertai kita dan memanggul kita di atas pundak-Nya. Inilah kegembiraan kita, inilah harapan yang harus kita bawa ke dalam dunia kita. Jangan pernah biarkan dunia mencuri harapan kita, harapan yang diberikan Yesus kepada kita.
Salib
Mengapa Yesus masuk kota Yerusalem? Atau mungkin: bagaimana Yesus memasuki Yerusalem? Orang banyak menyatakan dia sebagai Raja. Dan dia tidak membantahnya, dia tidak menyuruh mereka untuk diam (bdk. Luk 19:39-40). Tetapi Raja yang seperti apakah Yesus? Mari kita lihat: Dia mengendarai seekor keledai, Dia tidak didampingi oleh kabinet, Dia tidak dikelilingi oleh tentara sebagai simbol kekuasaan. Dia diterima oleh orang yang rendah hati, masyarakat sederhana yang dapat melihat sesuatu yang lebih dalam diri Yesus; mereka yang dapat merasakan iman yang memberitahu mereka: ‘Inilah Sang Penyelamat.’ Yesus tidak masuk ke dalam Kota Suci untuk menerima penghargaan yang disediakan bagi raja – raja duniawi, para penguasa, dan para pemimpin. Dia datang untuk dicambuk, dihina dan dilecehkan, seperti yang sudah dikatakan Nabi Yesaya dalam Bacaan Pertama (bdk Yes 50:6). Dia datang untuk menerima sebuah mahkota berduri, sebuah tongkat, dan jubah ungu; ke-raja-an-Nya menjadi bahan olok-olok. Dia datang untuk mendaki Kalvari, membawa beban kayu salib.
Dan sampailah kita pada kata kedua: Salib. Yesus masuk kota Yerusalem untuk mati di kayu Salib. Dan di sinilah kerajaannya bersinar terang dengan cahaya ilahi; singgasana-Nya adalah kayu salib! Saya teringat apa yang dikatakan Benediktus XVI kepada para kardinal, ‘Kalian adalah pangeran, dari seorang Raja yang tersalib.’ Itulah takhta Yesus. Yesus memilih untuk dirinya sendiri… Tetapi mengapa Salib? Karena Yesus meletakkan pada diri-Nya kejahatan, kotoran, dosa dunia, termasuk dosa kita – setiap dari kita- dan membasuhnya, ia membasuhnya dengan darah-Nya, dengan kemurahan hati dan kasih Allah. Mari kita lihat: berapa banyak luka – luka yang diakibatkan oleh si Jahat terhadap kemanusiaan? Peperangan, kekerasan, konflik ekonomi yang menyerang mereka yang paling lemah, ketamakan akan uang, yang tidak dapat kita bawa sepeserpun (red-setelah meninggal), kita akan meninggalkan itu semua.
(Kemudian Paus menambahkan catatan pribadi dari luar teks) Nenek saya sering berkata, ‘Kain kafan tidak berkantung!’ (Kembali ke teks) Mencintai uang, kekuasaan, korupsi, perpecahan, kejahatan terhadap nyawa manusia dan terhadap ciptaan! Dan juga setiap dari kita mengenal dan tahu – dosa kita masing – masing: kegagalan kita dalam mencintai dan menghormati Allah, sesama kita, dan seluruh ciptaan.
Yesus di kayu Salib memikul seluruh beban kejahatan dan dengan kekuatan kasih Allah dia menaklukkannya, mengalahkannya dengan kebangkitan-Nya. Inilah kebaikan Yesus lakukan untuk kita semua dari takhta Salib. Salib Kristus merangkul kita dengan kasih yang tidak membawa kita kepada kesedihan, melainkan kegembiraan! Membawa kita kepada kegembiraan karena sudah diselamatkan dan dari sedikit yang kita lakukan baginya pada saat wafat-Nya.
Kaum Muda
Hari ini di Lapangan (red-Lapangan Santo Petrus), banyak kaum muda: sudah 28 tahun Minggu Palma menjadi Hari Kaum Muda Sedunia! (red-jangan disamakan dengan Hari Kaum Muda Sedunia 2013 di Brazil) Inilah ketiga kita: Kaum Muda! Kaum muda yang terkasih, saya melihat kalian dalam prosesi saat kalian masuk. Saya memikirkan kalian yang merayakan di sekeliling Yesus, melambaikan ranting zaitun. Saya memikirkan kalian yang menyerukan nama-Nya dan menunjukkan kegembiraan kalian bersama Dia! Kalian memiliki bagian yang penting dalam perayaan iman! Kalian membawa kegembiraan iman dan kalian memberitahukan kepada kita semua bahwa kita harus menghidupi iman kita dengan hati kaum muda. (Paus kembali menekankan) Hati kaum muda, selalu, bahkan saat umur kita sudah 70 atau 80, hati yang muda. Bersama Kristus, hati kita tidak pernah menjadi tua.
Juga kita semua, kalian semua tahu dengan baik bahwa Raja yang ikuti dan menyertai kita sangatlah spesial: Dia adalah Raja yang mencintai bahkan sampai di kayu Salib dan yang mengajarkan kita untuk melayani dan mengasihi. Dan kalian tidak dipermalukan dengan Salib-Nya! Kebalikannya, kalian memeluknya karena kalian telah paham bahwa dalam pemberian diri dan keluar dari diri kita (red-lebih memperdulikan orang lain), kita mendapatkan kegembiraan sejati dan melalui kasih Allah Ia telah mengalahkan yang jahat. Kalian memanggul Salib peziarahan melalui semua Benua, sepanjang jalan di dunia! Kalian memanggulnya dalam menanggapi panggilan Yesus: “Pergi, jadikan segala bangsa murid-Ku” (Mat 28:19), yang juga menjadi tema Hari Kaum Muda Sedunia tahun ini. Kalian memanggulnya untuk memberitakan kepada setiap orang bahwa di kayu Salib Yesus meruntuhkan tembok permusuhan yang memecah belah manusia dan bangsa – bangsa, dan Ia membawa rekonsiliasi dan perdamaian.
Teman – teman yang terkasih, saya pun hari ini memulai sebuah perjalanan bersama kalian, dalam mengikuti jejak langkah Yang Terberkati Yohanes Paulus II dan Benediktus XVI. Kita sudah dekat dengan langkah selanjutnya dalam perziarah Salib yang besar. Saya menantikan dengan gembira bulan Juli yang akan datang di Rio de Janeiro! Saya akan bertemu kalian di kota besar Brazil! Persiapkan dengan baik dalam komunitas kalian – terutama persiapan spiritual – supaya pertemuan kita di Rio dalam menjadi suatu tanda iman bagi seluruh dunia. (Tanpa teks, Paus berseru) Orang muda, kalian harus memberitahukan dunia bahwa mengikuti Yesus itu baik, bahwa pergi bersama Yesus itu baik. Pesan – pesan Yesus adalah kebaikan. Adalah hal yang baik untuk pergi keluar dari kita ke ujung – ujung bumi dan kehidupan untuk membawa Yesus. 3 kata: Gembira, Salib, dan Kaum Muda.
Marilah kita mohon perantaraan Perawan Maria. Dia mengajarkan kita sukacita bertemu dengan Kristus, kasih yang kita perlukan untuk memandang kaki kayu Salib, semangat hati yang muda yang wajib kita miliki untuk mengikuti Dia dalam Pekan Suci ini dan sepanjang hidup kita. Semoga terjadilah demikian.
Paus Fransiskus.
24 Maret 2013
Sumber: www.vis.va
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment