Para pemimpin Katolik ditahan di Tiongkok
28/05/2015
Pihak berwenang Tiongkok telah meningkatkan penganiayaan terhadap Komunitas Katolik ‘bawah tanah’ di Provinsi Hebei dengan menahan uskup dan imam serta pembongkaran altar yang mengakibatkan dua perempuan awam cedera, semua insiden itu terjadi secara terpisah bulan ini.
Uskup Julius Jia Zhiguo dari Zhengding diciduk oleh petugas pada 12 Mei dan kemudian dikirim kembali ke Katedral untuk merayakan Misa pada Minggu Pentakosta pada 24 Mei, demikian para imamnya.
Masih belum jelas mengapa uskup itu ditahan selama 12 hari.
“Dia menahbiskan sejumlah imam pada April dan kemudian diperingatkan untuk tidak berziarah selama Bulan Maria pada Mei,” kata sumber Katolik di Zhengding yang menolak disebutkan namanya karena alasan keamanan.
Pihak berwenang juga menahan Pastor Liu Honggeng dekat Baoding dan belum bisa dihubungi keluarganya melalui telepon genggamnya pada 7 Mei.
“Ponselnya mati. Kami umat Katolik telah bertanya ke departemen pemerintah terkait tetapi sia-sia,” kata sumber Gereja lain yang juga menolak disebut namanya karena alasan keamanan.
Komisi Keadilan dan Perdamaian Keuskupan Hong Kong juga menuntut pihak berwenang menjelaskan keberadaan Pastor Liu tetapi juga tak ditanggapi.
“Banyak kali kejadian seperti itu sebelumnya telah menunjukkan bahwa penghilangan seperti itu adalah tindakan yang dilakukan oleh pemerintah,” kata juru bicara komisi itu Or Yan-yan.
Imam bawah tanah itu baru dibebaskan pada Agustus setelah delapan tahun penahanan tanpa pengadilan setelah ia menolak bergabung dengan Asosiasi Patriotik Katolik (CPA) yang diakui pemerintah.
Sementara itu, di Keuskupan Baoding juga, dua perempuan awam Katolik cedera ketika berusaha melindungi altar. Lebih dari 40 personil kepolisian dikirim untuk menghancurkan altar itu di sebuah rumah doa dari Gereja ‘bawah tanah’ di Anzhuang pada Jumat.
Altar berukuran 8 x 6 meter itu dibangun sebelum Tahun Baru Imlek pada Februari
Altar sebelum dihancurkan pada 22 Mei di Anzhuang.
“Para pejabat pemerintah datang dan bertanya tentang rumah doa itu awal bulan ini,” kata sumber Gereja di Anzhuang yang menolak disebutkan namanya karena alasan keamanan.
Mgr An, uskup koajutor Baoding yang sebelumnya milik komunitas bawah tanah dan berasal dari Anzhuang, mengatakan dia tidak bisa memediasi untuk rumah doa itu.
“Mereka semua adalah umat Katolik bawah tanah. Saya tidak bisa membantu,” katanya kepada ucanews.com.
Uskup An menghabiskan 10 tahun di penjara sebagai anggota Gereja bawah tanah hingga dibebaskan tahun 2006, dan tahun 2009 setuju untuk menjadi anggota CPA. Dia kemudian ditahbiskan oleh pemerintah sebagai uskup tahun berikutnya.
Banyak umat Katolik di Baoding tidak menerima pengangkatannya oleh negara setelah ia secara efektif menggantikan Uskup James Su Zhimin yang tetap ditahan di lokasi yang tidak diketahui sejak 1997.
Sumber: ucanews.com
No comments:
Post a Comment