Tujuh (7) Sakramen Gereja Katolik
Seringkali kita bertanya, dan kadang dipertanyakan
oleh saudara-saudari kita dari Gereja lain yg non- Katolik, apakah 7 (tujuh)
Sakramen dalam Gereja Katolik ditetapkan oleh Kristus dan mempunyai dasar
biblis yang kuat tentang itu. Kadang kita sendiri bingung dan tidak tahu mau
menjawab apa. Efeknya adalah penghayatan kita terhadap Sakramen pun kurang
mendalam. Semoga bahan ini menjadi pengetahuan iman yang membantu rekan-rekan
untuk semakin memahami apa yang kita imani selama ini.,
SAKRAMEN – SAKRAMEN GEREJA KATOLIK
Ketujuh sakramen:
1. Pembaptisan,
2. Penguatan,
3. Ekaristi,
4. Pengakuan Dosa,
5. Tahbisan,
6. Perkawinan, dan
7. Urapan orang sakit
Sakramen merupakan tanda
yang menyampaikan rahmat dan kasih Tuhan secara nyata. Hal ini merupakan
pemenuhan janji Kristus yang tidak akan pernah meninggalkan kita sebagai yatim
piatu (Yoh 14:18). Melalui sakramen tersebut, Allah mengirimkan Roh Kudus-Nya
untuk menyembuhkan, memberi makan dan menguatkan kita.
Keberadaan sakramen sebenarnya telah diperkenalkan
sejak zaman Perjanjian Lama, tetapi pada saat itu hanya merupakan simbol saja
-seperti sunat dan perjamuan Paskah (pembebasan Israel dari Mesir)- dan bukan
sebagai tanda yang menyampaikan rahmat Tuhan. Kemudian Kristus datang, bukan
untuk menghapuskan Perjanjian Lama melainkan untuk menggenapinya. Maka Kristus
tidak menghapuskan simbol-simbol itu tetapi menyempurnakannya, dengan
menjadikan simbol sebagai tanda ilahi. Sunat disempurnakan menjadi Pembaptisan,
dan perjamuan Paskah menjadi Ekaristi. Dengan demikian, sakramen bukan hanya
sekedar simbol semata, tapi menjadi tanda yang sungguh menyampaikan rahmat
Tuhan.
Di sini kita melihat bagaimana Allah tidak menganggap benda- benda lahiriah
sebagai sesuatu yang buruk, sebab di akhir penciptaan Allah melihat semuanya
itu baik (Gen 1:31). Bukti lain adalah Kristus sendiri mengambil rupa tubuh
manusia (yang termasuk ‘benda’ hidup) sewaktu dilahirkan ke dunia (lih. Ibr
10:5) Kita dapat melihat pula bahwa di dalam hidupNya, Yesus menyembuhkan,
memberi makan dan menguatkan orang-orang dengan menggunakan perantaraan
benda-benda, seperti tanah sewaktu menyembuhkan orang buta (Yoh 9:1-7); air
sewaktu mengubahnya menjadi anggur di Kana (Yoh 2:1-11), roti dan ikan dalam
mukjizat pergandaan untuk memberi makan 5000 orang (Yoh 6:5-13), dan roti dan
anggur yang diubah menjadi Tubuh dan DarahNya di dalam Ekaristi (Mat 26:26-28).
Jika Yesus mau, tentu Ia dapat melakukan mujizat secara langsung, tetapi Ia
memilih untuk menggunakan benda- benda tersebut sebagai perantara. Janganlah
kita lupa bahwa Ia adalah Tuhan dari segala sesuatu, dan karenanya Ia bebas
menentukan seturut kehendak dan kebijaksanaan-Nya untuk menyampaikan rahmatNya
kepada kita.
Sakramen Pembaptisan (KGK 1213-1284)
Akibat dosa asal, kita lahir di dunia dengan kehilangan kemuliaan Allah (Rm
3:23), sehingga kita tidak mungkin bersekutu dengan Allah. Yesus telah turun ke
dunia untuk membawa manusia kembali ke pangkuan Allah. Yesus mengatakan bahwa
seseorang harus “dilahirkan kembali dalam air dan Roh” (Yoh 3:5), yaitu di
dalam Pembaptisan, di mana seseorang dilahirkan kembali secara spiritual. Oleh
kelahiran baru di dalam Pembaptisan ini kita diselamatkan (lih. 1Pet 3:21),
karena di dalam Pembaptisan kita dipersatukan dengan kematian Kristus untuk
dibangkitkan bersama-sama dengan Dia (Rom 6:5).
Jadi Sakramen Pembaptisan mendatangkan dua macam berkat, yaitu penghapusan dosa
dan pencurahan Roh Kudus beserta karuniaNya ke dalam jiwa kita, yang memampukan
kita untuk hidup baru (Acts 2:38). Oleh Pembaptisan, kita diangkat menjadi
anak-anak Allah dan digabungkan ke dalam Gereja yang menjadikan kita anggota
Tubuh Kristus.
Sakramen Ekaristi (KGK 1322- 1419)
Kristus mengasihi Gereja-Nya tanpa batas dengan menganugerahkan Tubuh dan
Darah-Nya sendiri kepada setiap anggota keluargaNya di dalam perjamuan
Ekaristi. Ekaristi merupakan penyempurnaan dari perjamuan Paska Perjanjian
Lama, yang ditandai dengan kurban anak domba yang membebaskan orang-orang
Israel dari maut. Dalam Ekaristi, Kristuslah, Anak Domba Allah yang menjadi
kurban untuk menghapus dosa-dosa kita, dan karena itu kita memasuki Perjanjian
Baru yang membebaskan kita dari kematian kekal.
Yesus sendiri berkata, “Jika kamu tidak makan daging-Ku dan minum darah-Ku,
engkau tidak mempunyai hidup di dalam dirimu” (Yoh 6:53). Maka, dengan
menyambut Ekaristi, kita melaksanakan ajaran Yesus untuk memperoleh hidup yang
kekal. Sakramen ini ditetapkan oleh Yesus sendiri pada Perjamuan Terakhir
sebelum sengsara-Nya, ketika Ia berkata kepada para rasulNya, “Ambillah,
makanlah, inilah TubuhKu… Minumlah…inilah darahKu yang ditumpahkan bagiMu..
..perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku” (Luk 22:19-29, Mat 26: 28, Mrk
14:22-24).
Gereja Katolik mengajarkan bahwa kurban salib Kristus terjadi hanya sekali
untuk selama-lamanya (Ibr 9:28). Kristus tidak disalibkan kembali di dalam
setiap Misa Kudus, tetapi kurban yang satu dan sama itu dihadirkan kembali oleh
kuasa Roh Kudus untuk mendatangkan buah-buahnya, yaitu penebusan dan pengampunan
dosa. Hal itu dimungkinkan karena Yesus yang mengurbankan Diri adalah Tuhan
yang tidak terbatas oleh waktu dan kematian, sehingga kurbanNya dapat
dihadirkan kembali, tanpa berarti diulangi.
Melalui perkataan imam yang dikenal sebagai konsekrasi, roti dan anggur diubah
menjadi Tubuh dan Darah Kristus oleh kuasa Roh Kudus. Karena itu, kita harus
memeriksa diri sebelum menyambut Ekaristi, sebab “barangsiapa dengan tidak
layak makan roti dan minum cawan Tuhan, ia berdosa terhadap tubuh dan darah
Tuhan…dan barangsiapa makan dan minum tanpa mengakui tubuh Tuhan, ia
mendatangkan hukuman atas dirinya” (1Kor 11:27-29). Dari pengajaran Rasul
Paulus ini, kita mengetahui bahwa Kristus sungguh hadir di dalam Ekaristi.
Yesus memakai segala cara untuk menyatakan bahwa Ia mau tinggal bersama kita,
untuk menyertai dan menguduskan kita, karena sungguh besarlah kasihNya kepada
kita sebagai anggota Gereja-Nya.
Sakramen Penguatan (KGK 1285-1321)
Tuhan memperkuat jiwa kita juga dengan Sakramen Penguatan. Hal ini kita lihat
dari kisah para rasul yang, walaupun telah menerima rahmat Tuhan, mereka
dikuatkan secara istimewa pada hari Pentakosta, ketika Roh Kudus turun atas
mereka. Atas karunia Roh Kudus ini para rasul dapat dengan berani mengabarkan
Injil dan melaksanakan misi yang Yesus percayakan kepada mereka. Karunia Roh
Kudus ini diturunkan melalui penumpangan tangan para rasul (Kis 8:14-17) yang
kemudian juga dilanjutkan oleh para penerus mereka (para uskup) kepada
Gereja-Nya. Melalui Sakramen Penguatan inilah kita dikuatkan dalam iman untuk
menghadapi tantangan hidup.
Sakramen Pengakuan/ Tobat (KGK 1422-1498)
Allah mengetahui bahwa di dalam perjalanan iman, kita dapat jatuh di dalam
dosa. Maka Ia menganugerahkan Sakramen Pengakuan/ Tobat pada kita, karena Allah
selalu siap sedia untuk mengangkat kita dan mengembalikan kita ke dalam
persekutuan dengan Dia. Di dalam sakramen ini kita mengakukan dosa kita di
hadapan imam, karena Yesus telah memberi kuasa kepada para imamNya untuk
melepaskan umatNya dari dosa. Setelah kebangkitanNya, Yesus berkata kepada para
rasulNya, “Terimalah Roh Kudus. Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya
diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada.”
(Yoh 20:22-23). Melalui Sakramen Tobat ini kita menerima pengampunan dosa dari
Tuhan dan juga rahmatNya, yang membantu kita untuk menolak godaan dosa di waktu
yang akan datang.
Sakramen Perkawinan (KGK 1601-1666)
Sebagian besar orang dipanggil untuk kehidupan berumah tangga. Melalui Sakramen
Perkawinan, Tuhan memberikan rahmat yang khusus kepada pasangan yang menikah
untuk menghadapi bermacam tantangan yang mungkin timbul, terutama sehubungan
dengan membesarkan anak-anak dan mendidik mereka untuk menjadi para pengikut
Kristus yang sejati.
Dalam sakramen Perkawinan terdapat tiga pihak yang dilibatkan, yaitu mempelai
pria, mempelai wanita dan Allah sendiri. Ketika kedua mempelai menerimakan
sakramen Perkawinan, Tuhan berada di tengah mereka, menjadi saksi dan
memberkati mereka. Allah menjadi saksi melalui perantaraan imam, atau diakon,
yang berdiri sebagai saksi dari pihak Gereja.
Sakramen Perkawinan adalah kesatuan kudus antara suami dan istri yang menjadi
tanda yang hidup tentang hubungan Kristus dengan GerejaNya (Ef 2:21-33).
Karenanya, perkawinan sakramental Katolik adalah sesuatu yang tetap dan tak
terceraikan, kecuali oleh maut (Mrk 10:1-2, Rom 7:2-3, 1Kor 7:10-11).
Sakramen Tahbisan (KGK 1536- 1600)
Pada zaman Perjanjian Lama, meskipun bangsa Israel telah dikatakan sebagai
‘kerajaan imam dan bangsa yang kudus’ (Kel 19:6), Allah tetap memanggil para
pria tertentu untuk menjalankan tugas sebagai imam (Kel 19:22). Hal yang sama
terjadi di dalam Perjanjian Baru, sebab walaupun semua orang Kristen dikatakan
sebagai ‘imamat yang rajani’ (1Pet2:9), namunYesus memanggil secara khusus
beberapa orang pria untuk menjalankan tugas pelayanan sebagai imam. Melalui
Tahbisan ini, para imam diangkat untuk menjadi pelayan Gereja untuk menjalankan
tugas-tugas Kristus, yaitu sebagai imam untuk menguduskan, nabi untuk mengajar
dan raja untuk memimpin dan melayani umat-Nya. Di atas semua ini tugas yang
terpenting adalah mengabarkan Injil dan menyampaikan sakramen-sakramen.
Sakramen Urapan Orang Sakit (KGK 1499- 1532)
Alkitab mengatakan agar jika kita sakit, maka baiklah kita memanggil penatua
Gereja untuk mendoakan dan mengurapi kita dengan minyak di dalam nama Tuhan.
Dan doa yang didoakan dengan iman ini akan menyelamatkan kita yang sakit dan
mengampuni dosa kita (Yak 5:14-15). Oleh karena itu, sakramen Urapan orang
sakit ini tidak hanya dimaksudkan untuk menguatkan kita di waktu sakit, tetapi
juga untuk membersihkan jiwa kita dari dosa dan mempersiapkan kita untuk
bertemu dengan Tuhan.
Kesimpulan: Gereja adalah Tanda Kasih Tuhan
Gereja adalah tujuan akhir hidup manusia dan sarana untuk mencapai tujuan itu.
‘Gereja’ yang merupakan keselamatan manusia dalam persekutuan dengan Allah dan
sesama, juga menjadi ‘sakramen keselamatan’, atau sarana dan tanda yang nyata
dari misteri kasih Allah yang ditunjukkan oleh pengorbanan Yesus di kayu salib.
Sebagai anggota Gereja, kita diikutsertakan di dalam misteri itu, dengan
mengambil bagian di dalam misteri Paska Kristus yang dinyatakan di dalam
ketujuh sakramen yang kita terima, lewat perantaraan penerus para rasul, yaitu
para uskup dan pembantunya (imam). Marilah kita mensyukuri anugerah Gereja
Kudus ini, beserta dengan rahmat sakramen dan keberadaan para pemimpin Gereja,
sebab oleh semua itu kita beroleh karunia Allah yang tiada batasnya, yaitu
keselamatan di dalam persekutuan dengan Tuhan.
sumber:katolisitas.org