Selamat Datang di Gereja Paroki St Yosef Duri . . . . . Welcome to St Yosef Parish Church Duri - INDONESIA
Selamat Datang dan Terima kasih telah mengunjungi situs Gereja Katolik Paroki St.Yosef - Duri, Riau Indonesia. Menjadi Gereja yang Mandiri dan Berbuah, itulah Visi dan Misi Gereja Paroki St Yosef Duri, oleh karena itu peran serta aktif umat dalam pewartaan adalah sesuatu yang sangat diperlukan, untuk itu apabila Saudara-Saudari berminat untuk menyumbangkan pikiran, tenaga, ketrampilan, pengetahuan, dana, waktu dan bantuan apapun termasuk komentar dan usulan, silahkan hubungi kami di: gerejaparokistyosef@gmail.com.

Doa KORONKA

KORONKA KEPADA KERAHIMAN ILAHI.
Kata koronka adalah sebuah kata Polandia yang tidak ada padanannya dalam Bahasa indonesia.
Artinya kurang lebih sama dengan mahkota kecil yang diletakkan diatas kepala orang yang dicintai secara istimewa ataupun untaian manik-manik indah yang dikalungkan pada leher sang kekasih.
Koronka kepada kerahiman ilahi ialah untaian doa yang dipersembahkan kepada Tuhan yang diimani sebagai pribadi yang maharahim dan berbelas kasih.
Doa ini diadakan pada rosario biasa, tetapi isinya bukan "Bapa Kami" dan "Salam Maria" seperti pada doa rosario.

Koronka dibuka dengan :
Dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus. Amin.
Bapa Kami (1 kali).
Salam Maria (1 kali).
Aku Percaya
(Syahadat singkat).
Pada biji-biji besar rosario biasa ("biji Bapa Kami") yang memisahkan kelima puluhan kecil, diucapkan doa berikut ini:
Bapa yang kekal.*
kupersembahkan kepada-MU
Tubuh dan Darah,
Jiwa dan ke ALLahan
Putra-MU yang terkasih
Tuhan kami Yesus Kristus,
sebagai pemulihan dosa-dosa kami
dan dosa seluruh dunia.
Pada biji-biji kecil ("biji Salam Maria") diucapkan doa berikut ini:
Demi sengsara Yesus yang pedih,*
tunjukkanlah belas kasih-MU
kepada kami dan seluruh dunia
(10 kali).
Koronka ditutup dengan :
Allah yang Kudus,
Kudus dan berkuasa,
Kudus dan kekal,*
kasihanilah kami
dan seluruh dunia (3 kali).
† Dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus. Amin

Kapan Waktu yang Tepat


Kapan Waktu yang Tepat Untuk Memasang Dekorasi Natal Menurut Ketentuan Liturgi?

Menurut Direktorium tentang Kesalehan Umat dan Liturgi, yang dikeluarkan oleh Kongregasi Ibadat dan Tata Tertib Sakramen, 17 Desember 2001 di Vatikan, pemasangan pohon Natal dan kandang Natal dilakukan pada malam Natal.

Berikut ini ktuipannya:

109. Dalam waktu antara Ibadat Sore I Natal dan Misa tengah malam - baik tradisi nyanyian Natal yang menjadi sarana ampuh pesan sukacita dan damai Natal, maupun kesalehan umat menawarkan beberapa bentuk doa yang berbeda-beda dari negara ke negara - semua ini hendaknya disambut gembiradan kalau perlu diserasikan dengan perayaan liturgi sendiri. Beberapa contoh, misalnya:

- "kandang hidup" dan pemasangan kandang di rumah-rumah kaum beriman yang merupakan kesempatan yang baik untuk doa keluarga: doa ini hendaknya mencakup pembacaan kisah kelahiran Yesus menurut Lukas, nyanyian khas Natal, serta doa permohonan dan pujian, khususnya oleh anak-anak, "bintang" dalam peristiwa keluarga seperti ini;

- pemasangan pohon Natal. Ini juga mewartakan kesempatan yang bagus untuk doa keluarga. Terlepas dari asal usul historisnya, pohon Natal memiliki simbol kuat dewasa ini dan tersebar amat luas di tengah umat Kristiani; pohon Natal mengingatkan pohon yang tumbuh di tengah Taman Eden (Kej 2:9) maupun pohon Salib, yang mendapat makna Kristologis: Kristus adalah pohon hidup sejati, lahir dari tunggul insani, dari Perawan Maria, pohon yang selalu hijau dan berbuah lebat. Di negara-negara Eropa Utara, pohon Natal dihias dengan apel dan malaikat dapat ditambahkan 'bingkisan'. Namun di antara bingkisan yang ditempatkan di bawah pohon Natal, hendaknya ada juga bingkisan untuk kaum miskin sebab mereka merupakan bagian dari setiap keluarga Kristiani..."

Dokumen yang sama menyebutkan bahwa masa Adven adalah masa penantian, pertobatan dan pengharapan (lih. no. 96). Maka pemasangan pohon Natal berikut hiasan/ bingkisannya -yang lebih berkonotasi suasana perayaan/ suka cita- memang hendaknya dilakukan sesaat sebelum malam Natal, di mana suasananya sudah mendekati hari Natal. Namun jika ini tidak memungkinkan, menurut hemat kami, jalan tengahnya adalah: pohon Natal yang tanpa hiasan dapat dipasang beberapa hari sebelumnya (sedapat mungkin di Minggu terakhir Adven), namun pemasangan hiasan dan bingkisan yang mengacu kepada ekspresi perayaan, silakan dilakukan pada sesaat sebelum Misa Malam Natal. Dengan demikian makna Adven sebagai masa penantian dan pertobatan tetap dijaga dan diekspresikan dalam prakteknya.

Sumber: Katolisita

Semua makanan halal?

Semua makanan halal?

Pastor Dr Petrus Maria Handoko CM- HidupKatolik.com


Pertama, memang dalam Perjanjian Lama ada ketentuan binatang mana yang haram dan mana yang tidak haram (Im 11:1-47; bdk Ul 14:3-21). Ketentuan ini kemudian diubah Yesus seperti dinyatakan Markus, “Tidak tahukah kamu bahwa segala sesuatu dari luar yang masuk ke dalam seseorang tidak dapat menajiskannya, karena bukan masuk ke dalam hati tetapi ke dalam perutnya, lalu dibuang di jamban?” Dengan demikian Ia menyatakan semua makanan halal (Mrk 7:18-19). Karena itulah, tidak ada lagi makanan yang haram.

Kedua, makan bahan persembahan dari meja sembahyang Konghucu sebaiknya tidak dilakukan, apalagi jika makan bahan persembahan ini dilakukan di dalam ibadat itu. Mengapa? Karena makan atau minum bahan
persembahan seringkali dimengerti sebagai ungkapan persekutuan dengan dia atau mereka yang menjadi tujuan persembahan itu. Memakan atau meminum bahan persembahan berarti ikut mengambil bagian dalam ungkapan iman dalam
ibadat itu.

Hal ini mirip dengan minum dari piala Kristus berarti persekutuan dengan darah Kristus. Demikian pula, makan roti persembahan berarti persekutuan dengan tubuh Kristus (bdk 1Kor 10:16-17; bdk ay 21-22). Menolak makan bahan persembahan berarti kita tidak bersedia dipersekutukan. Dalam hal ini, bukan makanan itu yang bersifat haram, melainkan makna dari memakan bahan persembahan itu yang harus dihindari.

Ketiga, jika bahan persembahan ini dibagi-bagikan tetapi tetap jelas bahwa hal ini adalah sisa persembahan, maka sebaiknya bahan persembahan itu tidak diterima. Hal ini kita lakukan bukan karena bahan persembahan itu haram, 
tetapi karena keberatan hati nurani dari dia yang mengatakan hal itu atau dari orang-orang lain yang tidak memiliki pengetahuan yang baik tetapi mengetahui bahwa kita menerima bahan persembahan itu (bdk. 1Kor 10:28-29a). Artinya, jika kita menerima bahan persembahan itu maka kita menimbulkan syak wasangka dalam hati orang lain tentang makna menerima dan memakan atau
meminum bahan persembahan itu (bdk. 1Kor 10:32-33).

Dalam hal ini kita bisa menjadi batu sandungan bagi mereka yang lemah pengetahuannya dan masih terikat kepada hal-hal di luar Allah, seolah kita mau dipersekutukan melalui persembahan itu. “Makanan tidak membawa kita lebih dekat kepada Allah. Kita tidak rugi apa-apa, kalau tidak kita makan dan kita tidak untung apa-apa kalau kita makan. Tetapi jagalah supaya kebebasanmu
ini jangan menjadi batu sandungan bagi mereka yang lemah.” (bdk. 1Kor 8:7-12).

Dengan keras Rasul Paulus menegaskan sikapnya, “Karena itu apabila makanan menjadi batu sandungan bagi saudaraku, aku untuk selama-lamanya
tidak akan mau makan daging lagi, supaya aku jangan menjadi batu sandungan bagi saudaraku.” (1 Kor 8:13)

Keempat, seandainya bahan persembahan itu kemudian dijual di pasar sebagai kue, buah atau apa pun pada umumnya, maka kita boleh memakan atau meminumnya. Dengan dijual secara umum, bahan persembahan itu kehilangan kuasa persekutuannya dan kaitannya dengan tempat ibadat. Bahan itu kembali menjadi bahan umum yang layaknya dijual di pasar.

Dalam kasus yang mirip, Paulus mengatakan, “Kamu boleh makan segala sesuatu yang dijual di pasar daging, tanpa mengadakan pemeriksaan karena keberatan-keberatan hati nurani. Karena ‘bumi serta segala isinya adalah milik Tuhan.’ Kalau kamu diundang makan oleh seorang yang tidak percaya, dan undangan itu kamu terima, makanlah apa saja yang dihidangkan kepadamu, tanpa mengadakan pemeriksaan karena keberatan-keberatan hati nurani.” (1Kor 10:25-27)

Semua pertimbangan Paulus didasarkan bukan karena makanan itu sendiri sebagai haram, melainkan didasarkan pada pertimbangan keberatan hati nurani tentang makna menerima dan memakan atau meminum bahan persembahan dari agama lain.




Sumber: Facebook fanpage Gereja Katolik 

Maria Ratu Surga

Maria Ratu Surga

Pastor Dr Petrus Maria Handoko CM - HidupKatolik.com

Pertama, gelar Maria Ratu Surga berarti bahwa Maria sudah mencapai kemuliaan dan ikut memerintah di samping Putranya di surga. Kita percaya bahwa Bunda Maria pasti sudah menikmati kemuliaan di surga karena penyatuan dirinya yang luar biasa dengan Yesus, Putranya. Penyatuan diri ini bisa kita lihat dari ziarah iman Maria, mulai dari saat penerimaan Kabar Gembira dari malaikat Gabriel sampai puncak kegelapan imannya ketika melihat Yesus wafat di kayu salib. Sebagai ganjaran atas kesetiaan Maria ini pastilah Yesus mengikutsertakan Maria dalam kemuliaanNya di surga. ”Siapa yang mati bersama Tuhan, akan dibangkitkannya bersama-Nya” (2 Tim 2:11-12; Rom 6:8). Maria telah mati bersama Tuhan, dan karena itu ia dimuliakan bersama Tuhan dengan ”jiwa dan raganya.”

Bunda Maria bukan hanya dimuliakan di surga, tetapi juga ikut serta memerintah di surga sebagai Ratu. Sebagaimana Putra telah menghampakan diri dan karena itu dimuliakan, maka Maria-pun dimuliakan setelah penghampaannya yaitu digelari Ratu Surga (bdk. Fil 2:6-9). Penggelaran Ratu ini bukan karena Maria haus kekuasaan atau ingin berkuasa, tetapi justru karena ketaatan dan kesetiaan Maria pada misi yang dipercayakan Tuhan kepadanya. Maria yang selalu setia dan tak berdosa serta menyerahkan diri secara total kepada kehendak Allah, sekarang dimahkotai sebagai Ratu surga.

Kedua, keikutsertaan Maria memerintah di surga mempunyai arti sangat penting bagi kita di dunia ini, karena di surga Bunda Maria menjadi pengantara kita. Kepengantaraan Maria ini ”sedikitpun tidak menyuramkan atau mengurangi kepengantaraan Kristus yang tunggal itu, melainkan justru menunjukkan kekuatannya.” (LG 60). Yesus tetap adalah satu-satunya pengantara manusia dengan Allah (1 Tim 2:5), sedangkan Maria adalah pengantara kita dengan Kristus. Hanya Yesuslah satu-satunya pribadi yang sungguh Allah dan sungguh manusia. Hanya Yesuslah yang mempersembahkan diri-Nya sebagai korban penebusan kepada Bapa.

Ketiga, kepengantaraan Maria dibuktikan dalam peristiwa perkawinan di Kana (Yoh 2:1-11). Nampak jelas sekali bahwa Bunda Maria bukanlah mempersulit tetapi malahan mempermudah kita untuk mendapatkan rahmat dari Yesus, Putranya. Kepengantaraan Maria ini bisa dirinci menjadi beberapa butir: (a) Maria ikut serta memohonkan kemurahan Tuhan agar permohonan kita dikabulkan. Kita tidak sendirian. Bunda Maria bahkan berinisiatif mendahului memohonkan untuk kita sehingga bisa dikatakan Maria sudah mempersiapkan jalan bagi kita.

(b) Bunda Maria juga mendampingi kita untuk mengajukan permohonan yang tepat, yaitu berkaitan dengan apa yang benar kita butuhkan, bukan apa yang kita inginkan. Seringkali kita mengajukan permohonan yang kurang berguna atau bahkan membahayakan kita pada jangka panjang, tetapi tidak kita sadari. Pertimbangan kita seringkali sempit dan jangka pendek. Maria membantu kita untuk mengatasi keterbatasan ini. Bunda kita juga membantu kita untuk memohon dengan cara dan pada waktu yang tepat.

(c) Rahmat Allah akan dilimpahkan, tetapi pasti Allah tidak mau mencelakakan kita dengan rahmat-Nya itu. Karena itu, Maria membantu kita untuk mempersiapkan batin kita agar lebih siap dan pantas menerima rahmat yang kita mohonkan. Kesiapan batin kita akan ikut menentukan pengabulan permohonan kita. Kita mudah meminta tetapi kurang menyiapkan batin.

(d) Bunda Maria membantu kita untuk mengikuti ajaran-ajaran Yesus, seperti yang dikatakannya: ”Apa yang dikatakan kepadamu, buatlah itu!” (Yoh 2:5). Maria ingin melahirkan ”Yesus-yesus” yang lain di dalam diri kita. Maria membantu kita untuk menjadi semakin serupa dengan Putranya. Sebagai pribadi yang sudah ”bergaul” lama dengan Roh Kudus, Maria mempunyai modal luar biasa untuk ditularkan kepada saudari-saudara Putranya (bdk. Kis 1:14).


Api Pencucian

DI MANA API PENYUCIAN DALAM KITAB SUCI?



 

DI MANA API PENYUCIAN DALAM KITAB SUCI?

PENDAHULUAN

Dogma Katolik mengenai Api Penyucian (BUKAN Pencucian, karena kata dasarnya adalah "suci", bukan "cuci"), adalah salah satu dogma yang menuai banyak pertanyaan baik bagi orang Katolik maupun non-Katolik, sebab Kitab Suci tidak menyebutnya secara eksplisit.

Sebelum saya memulai dengan ayat, baiklah saya mengingatkan terlebih dahulu, bahwa:

1) Iman Katolik bukan agama yang lahir dari buku (Kitab Suci). Justru, Kitab Suci-lah yang lahir dari Iman Katolik. Maka, ajaran Katolik tidak semuanya secara eksplisit tercantum dalam Kitab Suci, meskipun biasanya tetap ada referensi secara implisit.

Bukankah Kitab Suci sendiri pun berkata: "Masih banyak hal-hal lain lagi yang diperbuat oleh Yesus, tetapi jikalau semuanya itu harus dituliskan satu per satu, maka agaknya dunia ini tidak dapat memuat semua kitab yang harus ditulis itu." (Yoh 21:25)

2) Gereja Katolik mendasarkan ajaran-ajarannya tidak hanya dari Ajaran Tertulis (Kitab Suci), melainkan juga dari Ajaran Lisan (Tradisi Suci), menurut Magisterium (Kuasa Mengajar) yang tidak-dapat-salah. Jika tidak ada Magisterium, kita lihat sendiri akibatnya pada komunitas-komunitas Protestan yang terpecah-pecah begitu mudahnya karena masing-masing mendasarkan pengajaran hanya dari Kitab Suci, dengan penafsiran sendiri-sendiri.

3) Ajaran yang tidak secara eskplisit tertulis dalam Kitab Suci, bukan berarti tidak sah atau tidak benar. Istilah Trinitas atau Tritunggal Mahakudus pun tidak ada di dalam Kitab Suci; Yesus hanya menyebutkan "Bapa, Anak, dan Roh Kudus". Tapi nyatanya dogma ini diterima dan diimani bahkan oleh sebagian besar kaum Protestan.

*

API PENYUCIAN DALAM KITAB SUCI


1) "Apabila seorang mengucapkan sesuatu menentang Anak Manusia, ia akan diampuni, tetapi jika ia menentang Roh Kudus, ia tidak akan diampuni, di dunia ini tidak, dan di dunia yang akan datangpun tidak." (Matius 12:32)

Logikanya, pengampunan dosa tidak mungkin terjadi bila orang tersebut sudah di Surga atau di Neraka. Di Surga, tidak ada dosa yang perlu diampuni, sementara di Neraka, jiwa-jiwa sudah menerima hukuman kekal.

Namun Yesus bersabda bahwa ada pengampunan dosa di "dunia yang akan datang". Ini berarti, ada tempat setelah kematian yang bukan Surga maupun Neraka, tempat di mana dosa-dosa masih bisa dihapuskan. Ya tempat itu adalah Api Penyucian.


2) "Jika pekerjaannya terbakar, ia akan menderita kerugian, tetapi ia sendiri akan diselamatkan, tetapi seperti dari dalam api." (1 Kor 3:15)

Dalam ayat tersebut Rasul Paulus berbicara mengenai pengadilan Tuhan, di mana Tuhan menguji masing-masing pekerjaan manusia. Bagaimana mungkin seseorang "diselamatkan tetapi seperti dari dalam api"? Api apakah itu? Tentu bukan api neraka, karena sesudah orang masuk Neraka, ia tidak lagi dapat diselamatkan. Maka tentunya ada api lain yang bersifat sementara yang bertujuan untuk menyucikan orang agar ia dapat diselamatkan (masuk Surga) dengan sempurna. Itu adalah Api Penyucian.


3) "…apabila TUHAN telah membersihkan kekotoran puteri Sion dan menghapuskan segala noda darah Yerusalem dari tengah-tengahnya dengan roh yang mengadili dan yang membakar." (Yesaya 4:4)

Sekali lagi, ternyata ada tempat yang membakar, namun bukan dengan api neraka, melainkan dengan api yang menyucikan dan menghapus dosa-dosa. Hal ini hanya dapat dijelaskan dengan Api Penyucian.

*

Demikianlah, setidaknya ada tiga ayat dalam Kitab Suci yang berbicara mengenai "api yang menghapus dosa", yang ada setelah kematian. Oleh Gereja, api ini diberi nama Api Penyucian.

Maka janganlah kita percaya pada ajaran-ajaran yang tidak mempercayai Api Penyucian. Bayangkan jika tidak ada seorangpun yang memikirkan anda, berdoa bagi anda, berharap keselamatan bagi anda! Sungguh menyedihkan! Begitulah nasib jiwa-jiwa malang di Api Penyucian, orang-orang kudus yang masih membutuhkan bantuan kita.

Sumber: www.facebook.com/gerejakatolik

KWI: Melarang nikah beda agama bentuk pelanggaran hak asasi

KWI: Melarang nikah beda agama bentuk pelanggaran hak asasi

26/11/2014
KWI: Melarang nikah beda agama bentuk pelanggaran hak  asasi thumbnail
Romo Yohanes Purbo Tamtomo

Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) mendukung revisi UU Perkawinan yang menyatakan perkawinan sah jika dilakukan menurut hukum masing-masing agama dan kepecayaan.
“Penting digarisbawahi bahwa siapapun juga tidak bisa memaksakan seseorang untuk pindah agama agar bisa menikah dengan pasangannya yang beda agama”, kata Romo Yohanes Purbo Tamtomo dari KWI saat memberi keterangan dalam sidang sengkata UU Perkawinan di hadapan majelis hakim Mahkamah Konstitusi, Senin (24/11/2014).
Pasa 2 ayat I dari UU ini yang digugat oleh oleh 4 mahasiswa Universitas Indonesia, menyatakan, “Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu”, dianggap berimplikasi pada tidak sahnya perkawinan yang dilakukan di luar hukum masing-masing agama dan kepercayaan.
Damian Agata Yuvens, salah satu mahasiswa menyatakan, bunyi ayat tersebut menunjukkan bahwa negara memaksa agar setiap warga negaranya untuk mematuhi hukum agama dan kepercayaan masing-masing dalam perkawinan.
Mereka meminta MK memberikan pemaknaan baru terhadap ketentuan tersebut dengan menyatakan bahwa perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agama, sepanjang aturan sah tersebut diserahkan pada penilaian masing-masing agama.
Dalam keterangannya Romo Purbo menyatakan, UU ini membuat orang sulit mewujudkan haknya untuk menikah jika menemukan pasangan yang beda agama.
Ia menjelaskan, isi dan rumusan pasal 2 ayat 1 harus diartikan bahwa dalam rangka perkawinan perlu dijunjung tinggi dua hak mendasar dari setiap pribadi yaitu kebebasan hati nurani untuk memilih pegangan hidup (agama) dan hak untuk menikah.
“Tidak boleh bila dua hal ini bertemu, berakibat salah satu harus dikorbankan. Dalam hal perkawinan ketentuan yang berlaku harus memungkinakn dua hal tersebut tetap dihormati dan dibela,” tegasnya.
Dalam wawancara dengan ucanews.com, usai sidang, Romo Purbo mengatakan, pada prinsipanya, KWI hendak menekankan penghormatan terhadap HAM.
“Kita pada dasarnya tidak mau, bahwa agama menghalangi orang untuk menikah, bahkan ada yang tidak mau menikah hanya karena beda agama. Itu pengalaman riil yang kita temui”.
“Justru kalau kita memaksa orang agama lain yang menikah dengan orang Katolik untuk masuk Katolik, maka itu bertentangan dengan keyakinan kami, bahwa memilih agama adalah hak asasi”, katanya.
Ia menegaskan, pengalaman selama ini, banyak orang Katolik yang nikah beda agama.
“Dan banyak sekali dari antara mereka yang kemudian mampu membina rumah tangga dengan baik. Hal itu pula yang menjadi alasan Gereja untuk menerima pernikahan beda agama,” katanya, meski mengaku tidak memiliki data pasti soal jumlah pasangan yang nikah beda agama.
“Justru karena banyak makanya kami merasa bahwa kesulitan ini harus dibantu,” katanya.
Namun, yang jelas, katanya, Gereja Katolik, tetap mengingatkan setiap pasangan yang beda agama untuk sejak awal memikirkan semua konsekuensi sebelum menikah, termasuk bagaimana mereka memberi pendidikan iman bagi anak-anak.
“Mereka mesti memikirkan apa yang terbaik untuk anaknya. Sering dalam hal in yang dibutuhkan keterbukaan dan pembicaraan berdua”, katanya.
Namun, ia menegaskan, Gereja Katolik tidak mewajibkan anak-anak dari orang Katolik yang nikah beda agama, masuk Katolik.
“Itu tergantung dari pembicaraan orang tua mereka. Yang kami tuntut adalah orangtua bertanggung jawab atas pendidikan anak-anak mereka. Bila anak mereka tidak masuk Katolik, tidak berarti mereka tidak melaksanakan tanggung jwab, atau sebaliknya”, katanya.
Ia menjelaskan, demi menjami agar sebuah perkawinan berhasil, maka faktor kualitas pribadi sangatla penting.
“Pada waktu orangnya sunggguh sunggguh matang mengambil keputusan, maka pilihannya menikah beda agam, bukan sebagai hambatan, tetapi akan dilihat sebagai keyaan untuk saling melengkapi, anugerah untuk saling melengkapi”, katanya.
Sikap serupa juga muncul dari Majelis Tingi Agama Konghucu Indonesia (Matakin), yang membolehkan pernikahan beda agama.
“Pebedaan paham, golongan, bangsa, budaya, etnis, sosial, politik amupun agama tidak menjadi penghalang dilangsungkannya perkawinan”, kata Uung Sendana Linggaraja dari Matakin.
Namun, jelas dia, bagi yang menikah beda agam, tidak akan dilaksanakan tata upacara perkawinan atau Li Yuan, sebagaimana ada dalam Konghucu, tetapi hanya pemberian restu sebagai pengakuan dan pemberitahuan telah dilaksanakannya perkawinan.
Sementara itu, berbeda dengan sikap Katolik dan Konghucu, perwakilan dari agam Hindu memilih menolak nikah dengan agama lain.
“Kami menganggap itu sebagai perbuatan zinah”, kata I Nengah Dana dari Parisada Hindu Dharma Indonesia.
Ia menegaskan, pemeluk agama lain yang menikah dengan orang Hindu yang masuk agama Hindu lebih dahulu.
Dana mengatakan bahwa memilih pindah agama demi menikah, yang didasari nia tulus, bukanlah bentuk pelanggaran hak asasi.
Sidang di MK pada hari ini merupakaan lanjutan dari sidang sbeelumnya, yang mendengar sikap dair agama-agama.
Dalam sidang pada 5 November lalu, perwakilan dari Majelis Ulama Indonesia menyatakan sikap tegas menolak pernikahan beda agama.
Ryan Dagur, Jakarta

Meningkatkan dialog dengan Muslim fokus utama perjalanan Paus ke Turki

Meningkatkan dialog dengan Muslim fokus utama perjalanan Paus ke Turki

28/11/2014
Meningkatkan dialog dengan Muslim fokus utama perjalanan Paus ke Turki thumbnail

Saat mengujungi Turki pada 28 November hari ini, dan akan berakhir 30 November, Paus Fransiskus memiliki masalah kompleks – ekumenis, antaragama, dan urusan politik global.
Paus Fransiskus akan menjadi pusat perhatian saat ia menginjakkan kakinya di ibukota Turki, Ankara, pada hari ini, sebelum menuju ke pusat Kristen bersejarah di Istanbul pada Sabtu dan Minggu – dialog di antara Kristen dan Muslim.
Dari 76 juta penduduk yang tinggal di Turki, 97 persen beragama Islam.
Setelah disambut Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan di Ankara pada Jumat sore, Paus Fransiskus akan bertemu dengan kepala Departemen Agama negara itu, sebuah departemen pemerintah yang dikenal dengan Diyanet yang bertugas memberikan dan mengatur pelayanan keagamaan di Turki.
Seorang akademisi Turki mengatakan bahwa kunjungan Paus bisa menjadi kesempatan untuk memperbaiki hubungan setelah delapan tahun dialog Katolik-Muslim menurun di negeri ini – kehadiran Paus bisa memicu dialog yang lebih luas di seluruh negara itu.
“Paus Fransiskus bisa membuka lembaran baru dalam cara berdialog,” katanya.
Paus Fransiskus, katanya, “mungkin mengkritik sekularisasi, kebebasan tanpa batas, ketidakadilan, kediktatoran. Dengan demikian ia dapat memberikan dasar bersama bagi dialog dengan umat Islam lagi.”
A. Rashied Omar, akademisi dan tokoh Muslim yang berbasis di Amerika Serikat (AS), juga mengatakan kunjungan Paus bisa bermanfaat untuk meningkatkan dialog antara kedua agama, tetapi ia juga menekankan para pemimpin agama harus melanjutkan upaya Paus Fransiskus.
Terkait hubungan Kristen-Muslim “telah menurun” akibat “geopolitik global yang tidak adil dan ekstremisme agama meningkat,” kata Omar, perjalanan Paus Fransiskus “bisa berfungsi sebagai sumber pemulihan dan rekonsiliasi di antara Kristen dan Muslim.”
“Untuk memaksimalkan kesempatan berharga ini … para tokoh Muslim membutuhkan lebih banyak lagi menjangkau, berpartisipasi dan menerima ajakan Paus Fransiskus ‘untuk mengadakan dialog antaragama dan membangun solidaritas,” kata Omar, seorang cendikiawan dari Kajian Islam dan Pembangunan Perdamaian di Kroc Institut for International Peace Studies di Universitas Notre Dame, AS.
Sumber: ucanews.co

Pesan Natal Bersama KWI-PGI Tahun 2014

Pesan Natal Bersama KWI-PGI Tahun 2014

28/11/2014
Pesan Natal Bersama KWI-PGI Tahun 2014 thumbnail
Logo PGI dan KWI

Dalam rangka menyambut Natal 2014, Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) dan Persekutuan Gereja-gereja di Indoensia (PGI) mengeluarkan Pesan Natal Bersama, yang ditujukan kepada seluruh umat Kristiani di Tanah Air.
Pesan Natal ini ditandatangani oleh Mgr Ignatius Suharyo dan Mgr Johannes Pujasumarta, masing-masing sebagai ketua Presidium dan Sekjen KWI, serta Pendeta Andreas A Yewangoe dan Pendeta Gomar Gultom, masing-masing sebagai ketua umum dan sekum PGI.
Berikut ini Pesan Natal selengkapnya:

BERJUMPA DENGAN ALLAH DALAM KELUARGA
“Mereka cepat-cepat berangkat dan menjumpai Maria dan Yusuf dan bayi itu” (Luk 2:16)
DALAM  perayaan Natal tahun ini, kami mengajak seluruh umat Kristiani untuk menyadari kehadiran Allah di dalam keluarga dan bagaimana keluarga berperan penting dalam sejarah keselamatan. Putera Allah menjadi manusia. Dialah Sang Imanuel; Tuhan menyertai kita. Ia hadir di dunia dan terlahir sebagai Yesus dalam keluarga yang dibangun oleh pasangan saleh Maria dan Yusuf.
Melalui keluarga kudus tersebut, Allah mengutus Putera Tunggal-Nya ke dalam dunia yang begitu dikasihi-Nya. Ia datang semata-mata untuk menyelamatkan manusia dari kekuasaan dosa. Setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak akan binasa, tetapi akan memperoleh hidup yang kekal (Yoh. 3:16-17).
Natal: Kelahiran Putera Allah dalam Keluarga
Kelahiran Yesus menguduskan keluarga Maria dan Yusuf dan menjadikannya sumber sukacita yang mengantar orang berjumpa dengan Allah. Gembala datang bergegas menjumpai keluarga Maria, Yusuf, dan Yesus yang terbaring dalam palungan.
Perjumpaan itu menyebabkan mereka pulang sebagai kawanan yang memuliakan Allah (Luk 2: 20). Orang-orang Majus dari Timur sampai pada Yesus dengan bimbingan bintang, tetapi pulang dengan jalan yang ditunjukkan Allah dalam mimpi (Mat 2: 12). Perjumpaan dengan Yesus menyebabkan orientasi hidup para gembala dan Majus berubah. Mereka kini memuji Allah dan mengikuti jalan-Nya.
Natal merupakan sukacita bagi keluarga karena Sumber Sukacita memilih hadir di dunia melalui keluarga. Sang Putera Allah menerima dan menjalani kehidupan seorang manusia dalam suatu keluarga. Melalui keluarga itu pula, Ia tumbuh dan berkembang sebagai manusia yang taat pada Allah sampai mati di kayu salib. Di situlah Allah yang selalu beserta kita turut merasakan kelemahan-kelemahan kita dan kepahitan akibat dosa walaupun ia tidak berdosa (bdk. Ibr. 4:15).
Keluarga sebagai Tanda Kehadiran Allah
Allah telah mempersatukan suami-istri dalam ikatan perkawinan untuk membangun keluarga kudus. Mereka dipanggil untuk menjadi tanda kehadiran Allah bagi satu sama lain dalam ikatan setia dan bagi anak-anaknya dalam hubungan kasih. Keluarga merekapun menjadi tanda kehadiran Allah bagi sesama.
Berkat perkawinan Kristen, Yesus, yang dahulu hadir dalam keluarga Maria dan Yusuf, kini hadir juga dalam keluarga kita masing-masing. Allah yang bertahta di surga tetap hadir dalam keluarga dan menyertai para orangtua dan anak-anak sepanjang hidup.
Dalam keluarga, sebaiknya Firman Tuhan dibacakan dan doa diajarkan. Sebagai tanggapan atas Firman-Nya, seluruh anggota keluarga bersama-sama menyampaikan doa kepada Allah, baik yang berupa pujian, ucapan syukur, tobat, maupun permohonan. Dengan demikian, keluarga bukan hanya menjadi rumah pendidikan, tetapi juga sekolah doa dan iman bagi anak-anak.
Dalam Perjanjian Lama kita melihat bagaimana Allah yang tinggal di surga hadir dalam dunia manusia. Kita juga mengetahui bahwa lokasi yang dipergunakan untuk beribadah disebut tempat kudus karena Allah pernah hadir dan menyatakan diri di tempat itu untuk menjumpai manusia. Karena Sang Imanuel lahir dalam suatu keluarga, keluargapun menjadi tempat suci. Di situlah Allah hadir. Keluarga menjadi ”bait suci”, yaitu tempat pertemuan manusia dengan Allah.
Tantangan Keluarga Masa Kini
Perubahan cepat dan perkembangan dahsyat dalam berbagai bidang bukan hanya memberi manfaat, tetapi juga membawa akibat buruk pada kehidupan keluarga. Kita jumpai banyak masalah keluarga yang masih perlu diselesaikan, seperti kemiskinan, pendidikan anak, kesehatan, rumah yang layak, kekerasan dalam rumah tangga, ketagihan pada minuman dan obat-obatan terlarang, serta penggunaan alat komunikasi yang tidak bijaksana.
Apalagi ada produk hukum dan praktek bisnis yang tidak mendukung kehidupan seperti pengguguran, pelacuran, dan perdagangan manusia. Permasalahan-permasalahan tersebut mudah menyebabkan konflik dalam keluarga. Sementara itu, banyak orang cenderung mencari selamat sendiri; makin mudah menjadi egois dan individualis.
Dalam keadaan tersebut, keluhuran dan kekudusan keluarga mendapat tantangan serius. Nilai-nilai luhur yang mengekspresikan hubungan cinta kasih, kesetiaan, dan tanggungjawab bisa luntur. Saat-saat kudus untuk beribadat dan merenungkan Sabda Allah mungkin pudar. Kehadiran Allah bisa jadi sulit dirasakan. Waktu-waktu bersama untuk makan, berbicara, dan berekreasipun menjadi langka. Pada saat itu, sukacita keluarga yang menjadi dasar bagi perkembangan pribadi, kehidupan menggereja, dan bermasyarakat tak mudah dialami lagi.
Natal: Undangan Berjumpa dengan Allah dalam Keluarga
Natal adalah saat yang mengingatkan kita akan kehadiran Allah melalui Yesus dalam keluarga. Natal adalah kesempatan untuk memahami betapa luhurnya keluarga dan bernilai- nya hidup sebagai keluarga karena di situlah Tuhan yang dicari dan dipuji hadir. Keluarga sepatutnya menjadi bait suci di mana kesalahan diampuni dan luka-luka disembuhkan.
Natal menyadarkan kita akan kekudusan keluarga. Keluarga sepantasnya menjadi tempat di mana orang saling menguduskan dengan cara mendekatkan diri pada Tuhan dan saling mengasihi dengan cara peduli satu sama lain. Para anggotanya hendaknya saling mengajar dengan cara berbagi pengetahuan dan pengalaman yang menyelamatkan. Mereka sepatutnya saling menggembalakan dengan memberi teladan yang baik, benar, dan santun.
Natal mendorong kita untuk meneruskan sukacita keluarga sebagai rumah bagi setiap orang yang sehati-sejiwa berjalan menuju Allah, saling berbagi satu sama lain hingga merekapun mengalami kesejahteraan lahir dan batin. Natal mengundang keluarga kita untuk menjadi oase yang menyejukkan, di mana Sang Juru Selamat lahir.
Di situlah sepantasnya para anggota keluarga bertemu dengan Tuhan yang bersabda: ”Datanglah kepadaKu, kamu yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.” (Mat 11: 29) Dalam keluarga di mana Yesus hadir, yang letih disegarkan, yang lemah dikuatkan, yang sedih mendapat penghiburan, dan yang putus asa diberi harapan.
Kami bersyukur atas perjuangan banyak orang untuk membangun keluarga Kristiani sejati, di mana Allah dijumpai. Kami berdoa bagi keluarga yang mengalami kesulitan supaya diberi kekuatan untuk membuka diri agar Yesus pun lahir dan hadir dalam keluarga mereka.
Marilah kita menghadirkan Allah dan menjadikan keluarga kita sebagai tempat layak untuk kelahiran Sang JuruSelamat. Di situlah keluarga kita menjadi rahmat dan berkat bagi setiap orang; kabar sukacita bagi dunia.
Selamat Natal 2014 dan Tahun Baru 2015
Jakarta, November 2014
Atas nama
Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia,
Pdt. Dr. Andreas A. Yewangoe
Ketua Umum
Pdt. Gomar Gultom
Sekretaris Umum
Konferensi Waligereja Indonesia
Mgr. Ignatius Suharyo
K e t u a
Mgr. Johannes Pujasumarta
Sekretaris Jenderal

Sumber: UCAN Indonesia

Agenda NATAL 2014




SUSUNAN PANITIA NATAL 2014 PAROKI SANTO YOSEP DURI
KOORDINATOR SIMPANG PADANG, Senin  3 November 2014

Penasehat                      :     Rm. Otto Hasugian, Pr.  Rm. Adrianus B Meman, Pr
                                                  Bpk. Abraham Saleh, Bp. Sumarlin, - Dewan Paroki
Ketua                        :    Bpk. Rudy Tandyo
Wakil Ketua              :    Bpk. Fx Nugroho
Sekretaris    I            :    Bpk. R Panjaitan
Sekertaris   II            :    Sdri Yanti Purba
Bendahara   I           :    Bpk. Sumarlin
 Bendahara II           :    Sdr. Geffano Simatupang
Sie Liturgi                 :    Bpk. M. Sumardi, Bpk Lorensius, Bpk FX Nugroho, Sie Liturgi DPP
Sie Katekese             :    Bpk. Tadeus Sarno, Bpk Santo, Frater R Hutapea, Sie Katekese DPP
Sie Dana                   :    Bpk. Sumarlin, Bpk. Geffano Simatupang, Bpk. Bambang Siswanto, Suster Atanasia, Kym, Para Ketua Wilayah     
Sie Sosial               :  Mbak Maria, Suster-suster, Ibu Manurung, Dr. Adi, Bpk. Toni Adli, Ibu Simamora, ibu Manurung, ibu Tian Purba, Ibu Aritonang
Sie Konsumsi            :    Ibu Simamora, ibu Manurung, ibu Tian Purba, Ibu Aritonang, Mbak Maria, Suster-suster, Ibu Manurung
Sie Dokumentasi      :    Mas Yuda, Bpk  Agus Luntoroyono
Sie Dekorasi             :    Bpk. Hasugian, Bpk. Joko Sumanto, Bp. Adi Hutahuruk,
                                      Suster- Suster, Bpk Simanjuntak, Bpk Widodo, Nabirong
Sie Perlengkapan     :    Bpk. J Panjaitan, Bpk Hamid Siregar, Bpk Kimbul, Bpk. Harianja, Bp. Manurung, Bpk. Edo Tambunan, Bpk. Billy Tampubolon, Bpk. BN Wirawan,
Sie Keamanan &
Parkir                       :    Bpk. Willy Benyamin, Bp. B. Silalahi, Bp. Roy Aritonang, Bpk. A. Tampubolon,
                                       Bpk B Silalahi, OMK
Sie Lomba                :    Bpk. Andrianus Sihotang, Bpk Yohanes Joko S, Sdra. Tumbur Purba, Ibu Silvi Lorens
Sie Listrik & Sound
Sistem                      :    Bpk Sukris, Bpk Ranto Hutagalung, Sdr Ampu Nababan, Sdr. Yulius
Koordinator umum  :    Para Ketua Kring

PROGRAM KERJA DAN RENCANA BIAYA
Rapat Senin 15 Desember 2014


NO
SEKSI
PROGRAM
ANGGARAN DANA
1
Liturgi
Menjalankan kalender Liturgi
1.      Masa adven 29-30 November
2.      Tgl.13 dan 14 Desember himbauan pada umat agar mengikuti Novena. Tradisi Novena Natal 15 Des-23 Des. Jam 18.00 kecuali hari Minggu.
3.      Malam Natal perkiraan Pkl. 19.00
4.      Natal pagi Pkl. 08.00
5.      Misa akhir tahun Pkl. 18.00
6.      28 Desember merupakan hari Minggu terakhir, tetap Ibadat Sabda.
7.      Misa akhir tahun tgl.31 Desember 2014 pukul 18.00 WIB.
8.      Misa 1 Januari 2015, Hari Raya Santa Maria Bunda Allah, pagi jam 08:00 WIB
9.      Misa 11 Januari, Hari Raya Pembaptisan Tuhan
10.  Tugas Tata Laksana malam Natal para Ketua Kring, Koordinator. Bp. Nugroho
Rp. 300.000
Final

Untuk diumumkan tgl.21 Des mengenai jadwal misa natal, untuk anak2 bia diharapkan bawa peralatan tulis.

Misa natal akan didahului drama dari OMK sekitar 15 menit, dan akan diumumkan tgl.21 Des

Aplop natal dikumpulkan ke panitia oleh ketua2 kring tgl.24 Des malam.

Setelah misa tgl.24 Des malam diadakan ramah tamah ( diluar gereja ) sekalian pembagian hadiah pemenang lomba.

Misa tgl.24 Des malam menggunakan Puji Syukur.

Untuk lagu yang dibawakan pada saat lomba boleh dinyayikan pada lagu penutup saat misa natal.

Tgl. 28 Des dan 4 januari untuk bina iman anak diliburkan. Untuk itu seksi keamanan sangat diharapkan untuk mengkoordinir anak2.


2
Katekese
1.      Melaksanakan pembahasan KS Masa Adven
2.      Bahan Katekese akan diantar kesetiap kring dalam minggu ini
3.      Membuatkan selebaran keterangan aplop aksi Natal
4.      Amplop kurang lebih 500 lembar untuk pusat paroki
RP. 2,722,000
Final

Realisasi biaya sebesar Rp. 2.814.000
Sosialisasi bahan Masa Adven sdh dilaksanakan di Stasi Sejahtera dan Pusat Paroki.

Masukkan  Romo: Disosialisasikan ke kembali ke kring yang tidak hadir dalam sosialisasi.

Sosialisasi sudah diadakan 2 kali. Satu kali di pusat paroki dan satu kali di stasi sejahtera.



3
Dana
1.      Sumber dana, dana talangan DPP
2.      Kolekte ke-2
3.      Kolekte kring 100%, pertemuan masa Adven
4.      Aksi Natal
5.      Parkir
6.      Kotak sumbangan Natal / Amplop aksi Natal
7.      Proposal sumbangan paket sembako
Final

Total dana masuk Rp. 14,524,000. Dana keluar  Rp. 9,903,000
Saldo Rp. 4,621,000.

Total dana masuk sampai tgl. 15 Des 2014 sebesar Rp.19.480.000 dan dana keluar sebesar Rp. 13.903.000

Untuk aplop natal diserahkan pada panitia paling lambat tgl.24 Des malam.
4
Sosial
1.      Bingkisan anak-anak -/+ 700 anak, @Rp. 10.000 = Rp. 7,000,000
2.      Sembako Gratis : Beras, minyak, gula dan susu,disediakan 100 paket x Rp.150.000 = Rp.15.000.000
3.      Kriteria yang mendapatkan Sembako Gratis antara lain: orang sakit ( sakit berkepanjangan), orang yang kurang mampu
4.      Seksi Sosial akan terjun langsung ke lapangan berdasarkan data dari setiap ketua kring untuk menentukan siapa saja yang berhak mendapatkan sembako gratis
5.      Data penerima sembako gratis agar segera diberikan ketua-ketua kring kepada seksi sosial paling lama tgl.10 November, agar segera diseleksi oleh seksi sosial
6.      Penyeleksian akhir akan dilakukan oleh seksi sosial bersama suster dan pastor
7.      Sembako Gratis akan dibagikan pada minggu kedua bulan Desember 2014
8.      Ketua Kring diminta untuk menyerahkan data/ nomor Hp setiap ketua kring
9.      Membuat proposal ke setiap Ketua Kring (Konsultasi dengan Romo)
10.  Bagi umat yang mampu dapat menyumbang untuk penyediaan paket sembako gratis
11.  Kado
Rp. 22,000,000
Final
Data sementara penerima sembako 27 paket *4 kring*


Kehadiran Panitia dalam memberikan dan menyapa ke lapangan.

Rencana waktu pembagian 5 hari.

Sie Sosial membuat jadwal pembagian sembako.

Untuk pembagian sembako sudah berjalan hanya belum semua
5
Konsumsi
1.      Konsumsi Malam Natal @1700 x 3,500 = Rp. 5,950,000,-
2.      Minuman 35 box x Rp. 15,000 = Rp. 525,000
3.      Konsumsi Pembubaran rapat 80 x 15,000 = Rp. 1,200,000
4.      Rapat-rapat Panitia 12 kali, x 175,000 = 2,100,000
5.      Gotong royong bersama, 40 paket x Rp. 15,000 = 600,000
Rp. 10,375,000
Final

Untuk seksi konsumsi sampai saat berjalan sesuai rencana.

6
Dokumentasi
1.      Foto-foto ( Harus segera dicari pengganti )
Final
Dana, info menyusul
Progrram: Menyusul

7
Perlengkapan & Kebersihan
1.      Pemasangan selter atas permintaan sie keamanan
2.      Sosialisasi mengenai kebersihan kepada setiap ketua kring. Diumumkan dalam gereja
3.      Rencana pemasangan tenda akan diselesaikan dalam minggu ini
4.      Seksi Kebersihan setiap Kring di Sp padang minimal 5 orang
5.      Kursi untuk di luar gereja 50 pc
6.      Pemolesan lantai Gereja, out sourcing ( dihandle oleh pak H. Siregar ). Budget Rp. 2,000,000
7.      Kebersihan WC Gereja. Himbauan tidak merokok di WC.
Rp. 2, 800.000,-
Final

Untuk kursi diusahakan sebelum misa sudah disusun.

Tgl 21 Des, Gotong royong, untuk perbaikan dan penimbunan jalan menggunakan batu slit ukuran3/4, disamping gereja oleh Panitia dalam gotong royong jam 13.00.

Untuk biaya pembelian batu kerikil/batu split akan dibagi 2 dengan yayasan.

Untuk pemolesan lantai ditunda pengerjaannya mengingat waktu yg tdk memungkinkan.
8
Keamanan & Parkir
(Koordinasi dengan perlengkapan)
1.      Kepolisian 2 x 4 hari, Rp. 800,000
2.      Konsumsi Polisi Rp. 800,000
3.      Baterry senter 32 x 5000 = 160,000
4.      Biaya tak terduga Rp. 600,000
5.      Untuk penerangan tempat parkir, koordinasi dengan Sie Perlengkapan
6.      Lampu lalin stock 3 unit
7.      Minta pemasangan lampu penerangan jalan dan parkiran dekat aula. Koordinasi dengan seksi listrik
8.      Rencanakan tempat pos polisi tidak dekat dengan Pintu gereja
9.      Petugas parkir mengarahkan supaya tidak parkir didepan pastoran
Rp. 2,360,000
Final

Masukkan: lebih koordinasi masalah perlengkapan parkir setelah bertugas.

Laporan :
1.      Supaya anak2 tdk keluar masuk saat misa dan bermain / berkeliaran disekitar kendaraan.
2.      Untuk kendaraan disarankan untuk tidak parkir di luar gereja.
3.      Surat untuk kepolisian terkait acara natal sudah diberikan.
4.      Untuk tgl.24 Des malam supaya petugas keamanan lebih mengontrol lingkungan gereja sampai kebelakang gereja dan sekitar pastoran.
5.      Untuk pintu ke jalan teratai agar ditutup pada saat acara natal.
6.      Untuk tgl.24 Des malam petugas parkir minimal 5 orang per kring dari wilayah simpang padang ( 20 orang ).
9
Lomba
1.      Rohani, Vocal grup Bapak-bapak ( tgl.14 Des 14 )
2.      Menghias goa natal (Gua Natal portable) tgl.21 Des 14
3.      Rekreasi: Bola Voly  ( dimulai 30 Nov 14 ) Bapak dan Ibu
4.      Konsumsi Juri dan lain-lain
5.      Lomba Kebersihan / Gotong Rotong ( tidak dipublikasikan ), jadwal disesuaikan dengan jadwal yang sudah disusun oleh Pak Sumardi
6.      Kriteria lomba kebersihan akan dibuatkan seksi lomba
7.      Jadwal pelaksanaan lomba harus segera dibuat segera oleh seksi/team (Point 1, 2, 3 dan 4)
8.      Semua lomba diikuti  per wilayah


Rp. 7.000,000,- (untuk hadiah)
Final
Laporan :
1.      Hampir semua lomba sudah dilaksanakan, tinggal lomba gua natal yg akan dilaksanakan tgl.21 Des 14.
2.      Pemenang lomba akan diumumkan pada tgl.24 malam ( tergantung persetujuan Pastor )
10
Dekorasi
(Koordinasi dengan Sie Sound system dan Listrik)
1.      Gua Natal, ruang Gereja 30kg kaleng minuman xRp.6000 , 5 cat piloks xRp.35.000, lem alteko 1 box x Rp. 100.000,
2.      Altar ( untuk bunga hidup )
Rp.1.200.000
3.      Luar Gereja, baliho 1,5 m x 7 m Rp.45.000/m, sedotan 1 bal x Rp.75.000
4.      Menurut PUMR  ( Pedoman Umum Misa Romawi ), Altar harus nampak sebagai tempat kurban (Dekorasi harus menyesuaikan)
5.      Dekorasi berlebihan tidak dianjurkan (mengganggu fokus umat )
6.      Biaya Tak Terduga( lampu natal ) Rp.1.500.000

Rp. 3,825,000
Final

Laporan :
1.      Sabtu tgl.20 Desember sudah mulai untuk dekorasi, dan akan koordinasi dengan suster.
2.      Untuk pemasangan pohon natal disarankan tgl.23 sore jam 15.00.
3.       Sudah cetak baliho.
4.      Seksi dekorasi tetap membuat goa di gereja tanpa mengambil dari hasil lomba.
11
Sound system & listrik
Solar 70 litre utk Genset, 2 cup lampu penerangan, cable 2 roll, sound system baterry
Membantu listrik dekorasi
Lampu dalam gereja ada 18 buah yang mati
Untuk lampu di luar gereja rencananya akan ditambah lampu LED


Rp. 7,000,000
Final
Penggunaan Rp. 3,700,000
-          Lampu led
-          Lampu parkir
-          Depan Gereja
-          Rencana penggantian lampu Gereja
1.      Maintenace Diesel / Cek

Laporan :
 Sudah dilaksanakan sesuai rencana.

Mesin genset sudah siap pakai hanya minyak solar belum dibeli.

Penerangan di luar gereja sudah mencukupi.


ESTIMASI TOTAL BIAYA

Rp 62.082.000
Catatan
1). Setiap Seksi hendaknya rapat inertnal masing-masing
2).  Usulan seksi transportasi (panitia) :  St Petrus Paulus, Primatoba ujung, Sebanga 2
3).  Siapapun anggota seksi bisa melaporkan
4).  Minggu depan sudah memberikan program
5). Rapat khusus untuk seksi yang belum matang